Syekh Abdullah Ba Alawi adalah salah satu tokoh yang banyak menurunkan keturunan sebagai da'i di seluruh penjuru dunia, termasuk Asia Tenggara.
Saksi sejarah
ßÈíÑ ÔåíÑ ááÝÖÇÆá ÍÇÆÒ æ ßã ÃÊÊ ãä ÂíÉ æ äæÇÏÑ
Dia adalah orang besar terkenal, memiliki berbagai keutamaan
terbukti dengan tampaknya tanda dan kejadian darinya
ÔÑíÝ ãäíÝ åÇÔãí æ ãÍÓä Åáì ßá ÔÎÕ ÞÇÆã Ýí ÇáÏíÇÌÑ
Orang terhormat, sopan, dari keluarga Bani Hasyim
selalu berbuat baik pada orang lain
æ ãÌÊåÏ ÍÇÒ ÇáÝäæä ÌãíÚåÇ æ ÌÇåÏ Ýí ÐåÊ ÇáÅáå ÈÈÇÊÑ
Mujtahid yang menguasai berbagai disiplin ilmu
berjuang sepenuhnya di jalan Allah
æ ÞÏæÉ Ãåá áÚÕÑ ÝÇäÕÑ áÔÇäå áÞÏ ÝÇÞ Ýí ÇáÚáíÇ áßá ãÕÇÈÑ
Teladan kaum di zamannya, telah mengungguli semua orang sabar,
maka belalah jalan yang dilaluinya
æ Ãæá ãä ÓãíÊ Ýí ÇáÞØÑ ÔíÎå ÓãÚäÇ ÈÐÇ Úä Ãæá æ ÃæÇÎÑ
Orang pertama yang kamu juluki dengan julukan Syekh di seluruh kota,
hal ini disampaikan orang sekarang dan juga orang dulu
Pendahuluan
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah untuk Nabi Muhammad SAW, keluarganya yang mulya dan para sahabat yang dengan tulus ikhlas meneladani Nabi Muhammad SAW, juga para pengikut mereka. Abdullah Ba Alawi adalah tokoh Hadhramaut yang lain. Seorang figur berhati bersih. Sebab kemulyaan nasab, ucapan dan tingkah lakunya menjadi baik. Di kalangan Klan Bani Alawi, ia adalah orang pertama yang dijuluki syekh. Ia juga termasuk orang yang dikabulkan doanya. Ini dibuktikan ketika penduduk Makkah memintanya berdoa agar Allah menurunkan hujan, Allah mengabulkannya dan turunlah hujan.
Berikut ini sejarah dan jalan hidupnya. Agar generasi yang melupakan sejarah tokoh pendahulunya, dapat mempelajari dan mengambil hikmahnya.
Biografi Syekh Abdullah Ba Alawi
Nama lengkapnya Syekh Abdullah bin Alawi bin al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali Ba Alawi. Ia Imam yang menggabungkan ilmu dhahir dan bathin. Ia memahami hakikat ilmu dan rahasianya, juga akhlaq yang terkandung dalam misi Nabi SAW. Abdullah Ba Alawi terkenal dengan kedermawanan dan kelapangan hati. Ia getol memerangi hawa nafsu dan haal (perubahan kepribadian sebab dzikir yang banyak) yang nampak.
Abdullah Ba Alawi lahir di Tarim tahun 637. Waktu itu, kakeknya, al Faqih Al Muqaddam masih hidup. Abdullah Ba Alawi lalu menghafal al Qur'an di kota itu. Ia hidup dan berkembang sedari masa kecilnya dalam suasana dan lingkungan yang penuh dengan ketakwaan. Hal ini didukung pula oleh keluarganya yang sangat dikenal oleh semua masyarakat Hadhramaut, baik ayah, ibu, saudara dan lainnya. Semuanya paham bagaimana menggunakan waktu dan menghabiskan detik-detik hidupnya.
Penulis Kitab Al Musyari' Al Rawi mengatakan, “Karakter Abdullah Ba Alawi adalah karakter ayah dan kakeknya. Jalan yang ia lewati adalah yang dikenalkan ayah dan kakeknya. Ketika masih muda, ia pergi ke gunung-gunung dan padang luas, berjuang melawan nafsu dan menggantikannya dengan ibadah, ketaatan dan mendekatkan diri pada Allah. Abdullah Ba Alawi banyak menangis. Ia menghindari hal-hal yang melupakan diri dari Allah dan segala macam permusuhan. Ia senantiasa memperbanyak membaca Al Quran, mengajak anak dan rekan-rekannya memperbanyak membaca kitab suci itu.
Syekh Abdullah Ba Alawi Merantau
Syekh Abdullah Ba Alawi semenjak belia merantau dari Hadhramaut ke Haramain (Makkah dan Madinah). Ia tinggal di sana kurang lebih delapan tahun. Dalam perantauannya, ia melintasi daerah kota dan desa di Yaman. Di antara daerah-daerah tersebut, ada yang disebutkan dalam beberapa literatur kitab, antara lain al 'Awaliq al Sufla Kota Ahwar. Di kota itu tinggal Syekh Muhammad bin Maimun al Tihami , salah seorang murid Syekh Ismail al Hadhrami. Syekh Abdullah Ba Alawi lalu belajar dari beliau. Para sejarawan berselisih, berapa lama Abdullah Ba Alawi tinggal di Ahwar.
Setelah itu ia pindah ke Aden, lalu daerah Tihamah Yaman. Setiap singgah, para ulama selalu mendatanginya untuk mengambil faidah darinya. Abdullah Ba Alawijuga mengambil faidah dari mereka.
Al Gharar mengatakan, saat Syekh Abdullah Ba Alawi masuk Kota Taiz, penduduk kota itu memintanya untuk tinggal di sana. Namun Abdullah Ba Alawi memohon maaf karena tak bisa memenuhi permintaan mereka. Abdullah Ba Alawi justru yang mengambil faidah dari beberapa orang penduduk Taiz.
Kehidupan Sang Tokoh di Haramain
Syekh Abdullah Ba Alawi tinggal di Makkah, di dekat Baitullah. Ia belajar dari majelis-majelis taklim di sana. Ia juga banyak menghabiskan waktunya untuk beramal saleh dengan berpuasa, shalat dan lainnya. Semua kalangan, besar kecil, pemerintah atau rakyat jelata, merasakan keterikatan dengannya. Doanya dikabulkan Allah SWT. Allah juga banyak menampakkan karamah pada dirinya.
Sebagian Riwayat Hidup Syekh Abdullah Ba Alawi
Disebutkan dalam beberapa buku biografi, seperti Al Musyarri' Al Gharar, Syarah Al Ainiyah dan lainnya bahwa Syekh Abdullah Ba Alawi ketika tinggal di Makkah berjuang keras untuk bisa belajar sambil mengamalkan ilmu yang diperolehnya. Di bulan Ramadhan, ia menghatamkan Al Quran pada setiap dua rakaat, setelah berbuka dan Shalat Maghrib. Ia lalu pergi ke kota Zabid, tempat berkumpulnya para ulama besar. Ia belajar dari para ulama di kota itu. Ia juga saling bertukar riwayat dan pengalaman keilmuan. Syekh Abdullah Ba Alawi lantas singgah di Taiz dan belajar dari ulama kota ini. Tentang tekad dan kedermawanannya, pengarang Kitab Al Gharar mengatakan, “Semasa hidup, dialah yang menafkahi keluarga Bani Alawi semuanya. Ia bersedekah dengan jumlah yang banyak sekali. Di antaranya bersedekah untuk masjid yang dinamai dengan namanya, Masjid Ba Alawi. Sebelumnya masjid ini dinamakan dengan Masjid Bani Ahmad, disandarkan pada keturunan Al Imam Al Muhajir Ila Allah Ahmad bin Isa.
Syekh Abdullah Ba Alawi mensedekahkan lahan pertanian, mata air dan kebun korma senilai 90 ribu dinar. Hasilnya digunakan mensejahterakan masjid dan menghormati para tamu masjid. Syekh Abdullah Ba Alawi juga bersedekah untuk pasar Tarim, pelayanan penggalian kubur dan penguburan jenazah. Selain itu, ia juga mensedekahkan lahan bernama Al Wasithah. Tanah ini dipergunakan untuk menghormati para tamu di Tarim.
Saat Syekh Abdullah Ba Alawi masih berdomisili di Haramain, bantuan untuk Hadhramaut selalu mengalir. Sampai saat saudaranya, Syekh Ali bin Alawi meninggal di Hadhramaut, orang-orang memintanya pulang ke Tarim. Akhirnya ia pulang lewat jalan darat melalui Aden dan Mukalla.
Disebutkan dalam beberapa buku biografi, di antaranya Al Musyari Al Rawi, saat berada dalam perjalanan antara Aden dan Mukalla, ia menyempatkan diri singgah di Ahwar untuk bersilaturahmi dengan gurunya, Syekh Umar bin Maimun. Namun Syekh Abdullah Ba Alawi mendapatinya telah meninggal dunia. Ia lalu yang memandikan dan mengkafaninya. Ternyata dulu, sebelum meninggal Syekh Maimun pernah mengatakan pada Syekh Abdullah Ba Alawi, “Nanti bila aku meninggal dunia, mandikan dan kafani aku. Saat itu, akan datang seorang syekh dengan sifat-sifat seperti ini, jadikan ia imam untuk mensholati jenazahku. Dialah yang akan menjadi penggantiku kelak.”
Ketika Syekh Abdullah Ba Alawi datang, wasiat itu ia laksanakan. Lantas penduduk memintanya untuk tingal di situ menjadi pengganti Syekh Maimun. Namun ia tidak bisa memenuhi permintaan tersebut. Akhirnya putra Syekh Maimun dibaiat menjadi syekh dan dipakaikan Khurqah. Syekh Abdullah Ba Alawi berpesan, “Eratkan ikat pinggangmu karena aku diutus untuk menjadikanmu Imam.” Lalu ia meninggalkan mereka menuju Ba Ma'bad.
Syekh Kembali ke Tarim
Syekh Abdullah Ba Alawi sampai di Tarim dan disambut penduduk kota itu. Ia lantas menikah dengan istri mendiang adiknya. Ia merawat dan mendidik anak-anaknya. Penulis Al Musyarri' mengatakan, “Ketika sampai di Tarim, penduduk kota itu seakan mendapatkan keunutngan luar biasa. Kota ini menjadi bersemangat. Semua penduduk menyambutnya dengan wajah gembira berseri-seri.”
Syekh Abdullah Ba Alawi mengajar fiqih Madzhab Syafi'i, Thariqah dan pembahasan-pembahasan tentang ilmu hakikat. Orang dari luar Tarim pun berdatangan untuk belajar padanya. Ilmunya menyebar ke seluruh penjuru. Syekh Abdullah Ba Alawi mengangkat para syekh dan menghormati posisi mereka. Di bawah asuhannya, terlahir generasi yang banyak dan luar biasa.