Tersibaknya Kebingungan dan Kesedihan Dalam Menerangkan Riwayat Hidupnya Penguasa Aden, Imam Abi Bakar Al-Adeni bin Abdillah Alidrus
Sekilas Tentang Sejarah Kota Aden
Banyak para ahli sejarah yang mengupas tentang Aden baik dari segi
nama ataupun sejarah, diantaranya Syekh Bamakhromah dalam "Sejarah
Bandar Aden", Ibnu Al-Mujawir dalam "Sejarah Al-Mustabshir", Al-Hamdani dalam "Al-Iklil" dan Al-Janady dalam "Assuluk".
Di Negeri Yaman banyak kawasan yang bernama Aden, dari kawasan-kawasan
tersebut sebagian diantaranya merupakan pemukiman yang masih dihuni dan
sebagian lainnya tinggal puing-puing yang tersisa, dari kenyataan
tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa kata "aden" bukanlah
nama satu daerah saja, melainkan suatu daerah yang mempunyai kriteria
tertentu hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya daerah di Yaman yang
bernama Aden, diantaranya :
1. kawasan utara propinsi Lahaj tepatnya daerah yang diapit oleh Lab'us dan Dhali'.
2. sebelah utara kota Radfan terdapat lebih dari sepuluh daerah yang
bernama "aden" namun semuanya mempunyai nama akhiran yang berbeda,
seperti Aden Hamadah, Aden Ahwar, Aden Gair, Aden Arwad, Aden Ja'syan,
Aden Assahi, Aden Addaqiq, Aden AlHijal, Aden Al-hausyabi, Aden
Arrohah.
Jika kita perhatikan secara seksama, kawasan-kawasan yang bernama aden
tersebut mempunyai karakter yang sama yaitu kesemuanya merupakan daerah
yang jauh dari jalan raya yang sengaja dijadikan sebagai tempat
berlindung oleh para penghuninya, dan sebagian daerah aden itu ada yang
membentang panjang hingga mencakup beberapa pegunungan yang di bawahnya
terbentang Aden Abyan, Udainah Taiz, Udain Attaakur diwilayah propinsi
Ibb, dari sekian banyak daerah yang bernama aden adapula yang tinggal
nama dan telah ditinggalkan oleh penduduknya, diantaranya Aden Laah di
propinsi Hajjah, Benteng Aden di lembah Hadhramaut, Aden Al-Manasib,
dan Aden Bani Syabib dipinggiran kota Ibb.
Dari sekian banyak daerah yang bernama aden tersebut terlihat bahwa
"aden" identik perkampungan yang damai dan sejahtera, dan sifat-sifat
itulah yang terdapat di Aden Abyan tempat tinggal Imam Abi Bakar yang
akan kita bahas sejarahnya dalam tulisan ini, dan dewasa ini apabila
disebutkan nama aden maka yang dimaksud adalah Aden Abyan.
Ada juga yang mengatakan bahwa nama aden diambil dari nama orang yang
pertama kali membuka tempat tersebut yang bernama Aden, kalimat aden
juga diambil dari nama Adnan bin Naqsyan bin Ibrahim, menurut versi ini
aden adalah berasal dari kata kerja adana yang berarti berdomisili,
atau dari kata ma'din yang berarti barang tambang.
Penulis Yaqut Al-hamawy memiliki pendapat lain tentang asal mula
nama penamaan aden, menurut dia nama aden tersebut bermula dari perang
antara Habasyah dengan Yaman, ketika perahu-perahu mereka tiba di Aden
mereka berkata "adwanatan" yang berarti musuh, maka sejak itulah dinamai Aden.
Kota Aden sejak zaman dahulu telah menjadi incaran dan impian
penguasa-penguasa yang serakah, wilayah pantai aden selalu disinggahi
para tentara penjajah yang ingin menguasai jalur strategis tersebut,
dari semenjak zaman kerajaan Saba, Aden sudah mempunyai peran penting
dalam dunia perdagangan, karena para saudagar dari Saba dan Himyar
menggunakan Aden sebagai jembatan mereka untuk menjalankan
perdaganganya dengan orang-orang India dan Mesir.
Peran Kota Aden dalam perdagangan dan juga dalam peperangan tersebut
juga dikarenakan letak geografisnya yang begitu strategis karena berada
dipertengahan jalan antara samudera Eropa dan India.
Kota Aden semenjak dahulu kala bahkan sebelum islam telah mennjadi
perhatian para raja dengan membangun bendungan-bendungan penampung air
dan benteng, diantara raja-raja tersebut adalah Sultan Amir bin Abdul
Wahab salah satu raja dari kerajaan Ath-Thahiriah, yang mempunyai
hubungan erat dengan Imam Abi Bakar Al-Adeni bin Abdullah Alidrus.
Diantara jasa Sultan Amir terhadap Aden adalah waduk bundar yang
dikenal dengan nama "Bilyafer" yang mengitari waduk-waduk kecil lainya,
selain itu pada tahun 1500 M, Sultan Amir membuat saluran air dari
sumur "Mahtha" ke Aden.
Pada tahun 1513 M, datanglah tentara Portugal untuk menjajah Aden,
namun saat itu Portugal harus puas dengan kekalahannya oleh tentara
Ath-Thahiriah yang saat itu dipimpin oleh Sultan Amir dan Pangeran
Marjan. Semenjak itu Aden berdiri tegar setegar para pemimpinnya dan
gunung-gunungnya yang menjulang tinggi, hingga tibalah tentara Inggris
yang datang pada tahun 1839 M, kedatangan inggris yang berpura-pura
meminta ganti atas kapalnya yang tenggelam dan dijarah oleh para
kabilah diperairan pantai Abyan, namun Sultan Lahaj (penguasa Aden
waktu itu) menunda-nunda ganti rugi tersebut sehingga inggris
menyerangnya dan berhasil menguasai Aden pada tanggal 19 januari di
tahun yang sama.
Dengan dikuasainya Aden oleh Inggris maka pelabuhan internasional Aden
pun menjadi kekuasaannya hingga tibalah revolusi bersenjata yang mampu
memukul mundur tentara Inggris sekaligus mengusir tentara penjajah
tersebut pada tanggal 30 November 1967 yang sekaligus menjadi hari
kemerdekaan Yaman Utara.
Pergolakan politik dan ekonomi serta revolusi bersenjata silih berganti
dalam sejarah Aden hingga kemudian tibalah hari persatuan Yaman yang
menyatukan semua wilayahnya dan sekaligus mengakhiri semua kekisruhan
yang dibawa oleh orang-orang kafir dan komunis dari negeri Yaman.
Dengan terciptanya persatuan dan kemerdekaan tersebut maka kembalilah
Aden ke pangkuan putra daerah.
Pendahuluan
Segala puji bagi Allah yang Maha Esa dan hanya kepadaNya-lah tempat
bergantung, solawat serta salam semoga dilimpahkan kepada pimpinan
putra Adnan, pemimpin para wali dan orang-orang takwa yang menjadi
panutan orang-orang yang mendapat petunjuk dengan kesaksian dari Allah
SWT dalam firmanya dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: "Sungguh pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu". Junjungan kita Muhammad bin Abdullah sang pembela atas kemuliaan para kekasih Allah sebagaimana yang Ia katakan dari Allah "barang siapa yang menyakiti salah satu kekasihku, maka Aku telah mengikrarkan perang dengan dia".
Kemudian akan berkata seorang hamba yang berdosa dan fakir kepada
Allah SWT, Abu Bakar Al-Adeni bin Ali bin Abi Bakar Al-Masyhur Baalawy
: Aku ridlo Allah sebagai tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Junjungan
Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul, dan aku berjanji kepada
diriku sendiri –sesuai kemampuan- akan berjuang dan mengabdi jalan
menuju Allah SWT dengan memperkenalkan diri saya dan generasi saya atas
apa saja yang wajib mereka ketahui tentang adab para (syekh) dan
kemuliaan amanat yang dipikul oleh manusia-manusia sempurna yang tidak
tergiur oleh manisnya dunia (mereka jujur atas apa yang mereka janjikan
kepada Allah), janji tersebut merupakan suatu obor yang menerangi orang
yang tersesat, memberi petunjuk kepada orang-orang bodoh, serta menjadi
dalil kepadaku dalam memberi penjelasan kepada diriku sendiri serta
orang-orang sepertiku yang tertipu oleh sebab-sebab kebudayaan atau
mereka yang tenggelam dalam keraguan atas atas ahli dzauk dan isyaroh, dan barangsiapa yang tidak mengetahui hak-hak para kekasih Allah maka tidak akan mendapatkan ridlo Tuhannya.
dan kami jelaskan bahwa zaman sekarang ini penuh ketakaburan dan
kebohongan atas Allah SWT, dan kita telah mendengar dan membaca
penghinaan dan kebohongan atas para kekasih Allah, orang yang busung
dianggap gemuk setiap orang mengaku alim dan berani berfatwa, dan telah
timbul pula pada zaman ini kekikiran yang diturutkan hawa nafsu yang
diikuti, setiap orang merasa bangga akan pendapatnya, orang tidak lagi
bisa membedakan antara benar dan salah, atas dan bawah, maka dalam
keadaan yang seperti ini tiada lagi tempat kembali kita adalah kitab
serta rujukan-rujukan lainnya kita cari di dalamnya tentang hakikat
suatu zaman, dan ketetapan-ketetapan islam iman dan ihsan, tentang
mereka yang memiliki kedudukan yang tinggi (orang-orang yang ketika
mereka melihat maka mereka mengingat Allah, dan ketika mereka berdzikir
maka turunlah rahmat yang berlimpah.
Ini adalah suatu keyakinan dari keyakinan, saya sebutkan agar jelas dan
menenangkan jiwa yang beriman, dan tujuan saya atas semua itu adalah
keridloan Allah SWT dan memelihara sunnah Rasul saw yang bersabda "barangsiapa memlihara sunnahku ketika umat mulai rusak maka dia mendapatkan pahala seratus orang syahid"
dan membela para kekasih Allah dari keturunan Nabi saw dan para
pengikut dan pecintanya. Dan tulisan ini merupakan sekelumit riwayat
hidup salah satu imam dari keluarga Nabi SAW yaitu Imam Abu Bakar
Al-Adeni bin Abdullah Alidrus bin Syeh Abdurrahman Assegaff.