Peninggalan-peninggalan Imam Al-Adeni
Imam Al-Adeni meninggalkan peninggalan-peninggalan ilmiah yang begitu
penting dan berharga, diantaranya adalah ribat dan masjid yang menjadi
pusat penyebaran dakwah islamiah dan ilmu syariah, selain itu adalah
makamnya beliau yang sampai sekarang digunakan sebagai tempat hadhrah
setiap senin malam, selian itu Imam Al-Adeni juga meninggalkan beberapa
barang berupa tasbih, wadah air dan tongkat yang digunakan pada waktu
khutbah.
Namun barang-barang peninggalan itu raib dicuri dalam serangan terhadap
masjid dan kubah, bahkan bukan hanya barang-barang itu saja, para
penyerang itupun mengambil daun pintu makam, ukiran-ukiran bersejarah
dan beberapa daun jendela, terutama jendela tarim dan membakarnya
bersamaan dengan tulang-tulang jenazah dari kuburan yang mereka gali.
Adapun mimbar masjid, itu diyakini bahwa dibuat setelah peristiwa
penyerangan terhadap masjid, adapun kayunya didatangkan dari India, dan
dalam kurun waktu berikutnya dilakukanlah perbaikan masjid secara
menyeluruh oleh para munsib termasuk sumur Imam Al-Adeni yang dinamai
sumur kesembuhan, yang dipakai mandi dan wudlu.
Imam Al-Adeni Meninggal Dunia
Imam Al-Adeni menghabiskan masa hidupnya dalam pengabdian kepada Sang
Pencipta, menegakkan ilmu serta dakwah kepada Allah SWT, dan mengajak
umat manusia kepada kebaikan dan mengamalkannya, hingga akhirnya Allah
memberinya sakit beberapa hari untuk kemudian dipanggilan ke hadiratNya
pada malam selasa tanggal 14 Syawal tahun 914 H, dalam usianya yang
ke-63 tahun.
Mendengar wafatnya Imam Al-Adeni, kota Aden menjadi geger, semua
lapisan penduduk berbondong-bondong mendatangi masjid dan rumahnya,
tempat beliau dimandikan dan dikafani, kemudian dibawa ke masjid dengan
diiringi doa yang tidak henti-hentinya untuk kemudian disalatkan dan
dikuburkan ditempat yang beliau pilih sedniri semasa hidupnya, setelah
itu diadakan khatam Qur'an selama 3 hari sebagaimana adapt di
Hadhramaut dan diakhiri dengan ceramah dan pembacaan syair dari para
ulama dan murid-murid Imam Al-Adeni, diantara murid Imam Al-Adeni yang
menyampaikan bela sungkawa dalam bentuk syair adalah Al-Allamah
Muhammad bin Ahmad Bahraq, syairnya adalah sebagai berikut :
كل نفس إلى الفناء تؤول ما لحي إلى البقاء سبيل
إن في الموت عبرة هي تكفي كيف والموت في سواه قليل
كم وكم في التراب صدر مهاب وفتى باسل ووجه جميل
كيف يلتذ بالمعيشة مرء وإلى اللهو بعد هذا يميل
يا لها غفلة تمادت فضلت عن سواء السبيل فيها عقول
لعبت بالعقول دنيا غرور لم يفق عن خمارها إلا القليل
Sampai dengan ….
رمقت عينه العواقب فيها فشراها لما اشتراها الجهول
شاد جودا فساد مجدا فأضحى في ذرى العز حين ذل البخيل
فهو السيد الشريف الذي قد سلسلت فروعه والأصول
وجدير بالمجد والفخر غصن أصله دوحة نمتها البتول
قل لمن رام شأوه قصر درك الفخر بالمنى مستحيل
والقبر ثوى به كيف أضحى ولبدر الكمال فيه أقول
حرمت حضرموت فخرا حوته عدن لم تحزه تلك الطلول
صار ذاك اسمها كما كان فيها ساكنا فدام فيها النزول
فبها العرب والجهات جميعا عمها النور والبها والقبول
فابشروا أيها النزول بعدن وسلام من ربكم لا يزول
لا يخف من يحوم حول حماها كيف يخشى وقد حمتها الفحول
كل من رامها بسوء وإن ظــ ـن نجاحا فإنه المخذول
نسأل الله أن يديم علينا نعما لا يشوبها تحويل
ويقيم الولاة بالعدل فينا ولأهل الفساد عنا يزيل
وصلاة مع السلام على من شق بالحجر صدره جبريل
أحمد الحامد البشير النذير الــ ــفاتح الخاتم النبي الرسول
Setelah Imam Al-Adeni wafat, yang menggantikan kedudukan beliau adalah
putranya Imam Al-Allamah Ahmad Al-Musawa, masa Imam Al-Adeni tinggal di
Aden dari kedatangan beliau ke Aden hingga wafatnya adalah kurang lebih
25 tahun, hal tersebut sebagaimana disebut oleh ahli sejarah keturunan
Alfaqih Syeh Abdullah bin Ahmad Al Hadrami dalam kitab "Tarikh Asyihir"
dalam dua bait berikut ini
"قضى جا" تراه وفيا بعام وفاة الولي القطب صاحب عدن
أبي بكر العيدروس الذي به الله أعلى منار السنن
Tangggal wafatnya Imam Al-Adeni disebutkan pada awal bait yaitu "قضى " =910 "جا" =4, 910+4=914.
Sadah Ali Alidrus dibawah lindungan makom Imam Al-Adeni
Semenjak wafatnya Imam Abu Bakar bin Abdullah Alidrus, kedudukan
keluarga besar Alidrus melambung tinggi dan muncul sebagai perwakilan
dari keluarga besar bani Alawi, bukan merupakan suatu yang aneh hal
tersebut terjadi, Karen sebelumnya telah disebutkan oleh salah seorang
perempuan sholehah dari bani Alawi yaitu istrinya Imam Syeh Abdurrahman
Assegaf, yang mengatakan "setiap sesuatu memiliki inti (hati/sumsum)
dan intinya keluarga besar Baalawi adalah Ali Alidrus".
Begitu pula dengan kedudukan keluarga besar Alidrus di Aden, tetap
berdiri kokoh bagaikan gunung yang kokoh menjulang tinggi tidak
tergoyahkan dengan perubahan waktu dan generasi, dan berbagai peristiwa
bersejarah yang terjadi dari mulai abad ke-9 dan 10 hingga sekarang,
tidak luput dari peran penting keluarga besar Alidrus, walapun berbagai
pihak yang tidak menyukai berusaha memutar balikkan pakta sejarah,
dalam bab berikut ini penulis berusaha menyebutkan sebagian kecil dari
peran keluarga besar Alidrus dan makam Al-Adeni dalam mengukir sejarah
Aden.
1. Mimpi komandan perang Turki sebagai sebab memasuki Aden
Ahli sejarah Ustadz Abdullah Muhairiz dalam kitabnya "Al-Uqbah"
mengisahkan tentang masuknya tentara Turki ke Aden pada tahun 976 H,
ketika itu Amir Qosim bin Syuwai' berada di Aden, Muhairiz mengatakan
bahwa tentara Turki mengepung kota Aden dari pelabuhan Shairah dan
pintu Aden dan mengusir kapal-kapal Portugal yang dating untuk membantu
Amir Qosim, dan pengepungan itupun terjadi dalam waktu yang begitu lama
sehingga salah satu pemimpin mereka yang bernama Sukur Kadakhda yang
kemudian dikenal dengan Kapten Alyaman bingung kehabisan pikir mencari
jalan untuk masuk kota Aden, akibat lelah ahirnya tertidur, dalam
tidurnya dia mimpi di datangi oleh Imam Al-Adeni dan menunjukkan jalan
masuk ke kota Aden, dalam mimpi itu Imam Al-Adeni menggandeng tangannya
dan membawanya ke benteng Aden yang bernama Syamsan yang tingginya
tidak tertandingi, dan menunjukkan tangga untuk menaiki benteng
tersebut, seraya memerintahkannya untuk menaiki tangga tersebut, lalu
terbangunlah Kapten Alyaman kemudian bersama anak buahnya memanjat
benteng Aden melalui jalan yang ditunjukkan oleh Imam Al-Adeni dalam
mimpinya, dengan itu masuklah tentara Utsamni dari darat dan laut dan
meringkus Amir Qosim bin Asyuwai' pada 28 Dzul qo'dah tahun 976 H.
2. Peran keluarga Alidrus dalam memerangi Portugal
Athoyib Bafaqih dalam kitab "Sejarah Kota Syihir", sebagaimana dinukil
oleh Hmzah Lukman dalam "Sejarah Kepulauan Yaman" sebagaimana dinukil
Hasan Syihab dalam "Sejarah Kelautan Yaman" menyebutkan : pada awal
bulan Rabi' Atsani tahun 942 H, yang bertepatan dengan 1535 M,
datanglah kapal asing dan ditengah perjalanan mereka merampok dan
merampas, kemudian sampailah ke kota Syihir, dari sana mereka bersama
beberapa kelompok orang asing lainnya meneruskan perjalanan dengan
melalui jalan laut ke Al misyqos, dan menjelang tiga hari kemudian
terdengar kabar bahwa mereka telah sampai di Qosyan, dan disana
terdapat tentara kerajaan Athahiriah yang dipimpin oleh Sayid Abdullah
bin Syeh Alidrus menggantikan Sultan Amir bin Daud bin Tohir, maka
terjadilah peperangan yang sengit antara kedua kelompok tentara yang
diakhiri dengan kemenangan tentara Sayid Abdullah atas tentara asing.
3. Peran keluarga Alidrus di Aden dalam memadamkan api fitnah pada tahun 933 H.
Athoyib Bafaqih dalam kitab "Sejarah kota Syihir" mengatakan : setelah
tentara Turki terpukul kalah oleh tentara asing, Syeh Ahmad bin
Muhammad Shahib Aden melarikan diri dengan menggunakan jalur laut,
namun hal tersebut diketahui oleh Syarif Abdullah bin Syeh Alidrus dan
Al faqih Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Bafadol dan ulama-ulama
lainnya, maka mereka memintanya kembali ke Aden untuk menenangkan
keadaan dan memadamkan fitnah disana, namun ditengah perjalanan menuju
Aden mereka diserang, akhirnya kembali lagi.
Nama-nama munsib Alidrus yang merawat makam dan semua peninggalan serta
meneruskan perjuangan Imam Al-Adeni dalam menyebarkan dakwah dan ilmu
1- Sayid Ahmad Al Musawa bin Abu Bakar Alidrus, meninggal tahun 922 H (1447 M)
2- Sayid Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Mekah tahun 978 H (1503 M)
3- Sayid Umar bin Abdullah bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Aden tahun 1000 H (1525 M)
4- Sayid Muhammad bin Umar bin Abdullah bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Aden
5- Sayid Ahmad bin Umar bin Abdullah Alidrus, meninggal di Aden
6- Sayid Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Aden.
7- Sayid Alawi bin Zen bin Muhammad Alidrus, meninggal di Aden.
8- Sayid Zen bin Alawi bin Zen bin Abu Bakar Alidrus, meninggal di Aden.
9- Sayid Alawi bin Zen bin Alawi bin Zen bin Muhammad bin Zen bin Ahmad bin Umar bin Abdullah Alidrus, meninggal di Aden.
10- Sayid Zen bin Alawi bin Zen bin Alawi Alidrus, meninggal di Aden tahun 1902 M.
11- Sayid Idrus bin Zen bin Alawi dari tahun 1902 M hingga wafatnya tahun 1927 M.
12- Sayid Syamsul ulama Abdullah bin Idrus bin Zen Alidrus dari tahun 1927 hingga wafatnya pada tahun 1948 M.
13- Sayid Zen bin Hasan bin Idrus Alidrus 1948 hingga wafatnya tanggal 5 bulan Mei 1960 M.
14- Sayid Abu Bakar bin Abdullah bin Idrus bin Zen bin Alawi dari tahun 1960 hingga 1966 M.
15- Sayid Abdullah bin Idrus bin Zen Alidrus dari 1966 hingga 1972 M.
16- Sayid Mustofa bin Zen bin Hasan bin Idrus bin Zen bin Alawi bin Zen Alidrus dari tahun 1972 hingga sekarang.