íóÇ
ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÇÌúÊóäöÈõæÇ ßóËöíÑðÇ ãöäó ÇáÙøóäøö Åöäøó
ÈóÚúÖó ÇáÙøóäøö ÅöËúãñ ۖ æóáóÇ ÊóÌóÓøóÓõæÇ æóáóÇ íóÛúÊóÈú ÈóÚúÖõßõãú
ÈóÚúÖðÇ ۚ ÃóíõÍöÈøõ ÃóÍóÏõßõãú Ãóäú íóÃúßõáó áóÍúãó ÃóÎöíåö ãóíúÊðÇ
ÝóßóÑöåúÊõãõæåõ ۚ æóÇÊøóÞõæÇ Çááøóåó ۚ Åöäøó Çááøóåó ÊóæøóÇÈñ ÑóÍöíãñ
"Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang. (Al-Ĥujurāt):12
2) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersaba:
ÃóßúËóÑõ ãóÇ íõÏúÎöáõ ÇáäøóÇÓó ÇáäøóÇÑó ÇáÃóÌúæóÝóÇäö : ÇáÝóãõ æ ÇáúÝóÑóÌõ
“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang: mulut dan kemaluan”.
3) Nabi saw bersabda:
Úóäú
ÃóÈöíú åõÑóíúÑóÉó Ãóäøóåõ ÓóãöÚó ÇáäøóÈöíøó íóÞõæúáõ : Åöäøó ÇáúÚóÈúÏó
áóíóÊóßóáøóãõ ÈöÇáúßóáöãóÉ ãöäú ÓóÎóØö Çááåö áÇó íõáúÞöíú áóåóÇ ÈóÇáÇð
íóåúæöíú ÈöåóÇ Ýöíú Ìóåóäøóãó
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu bahwasanya beliau mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: ”Sesungguhnya seorang hamba benar-benar akan mengatakan suatu
kalimat yang mendatangkan murka Allah, yang dia tidak menganggap penting
kalimat itu, akibatnya dia terjerumus ke dalam neraka Jahannam
gara-gara kalimat itu”. [Bukhari]
4) Sehingga karena saking sulitnya menjaga lisan, Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
Úóäú
Óóåúáò Èúäö ÓóÚúÏò ÞóÇáó : ÞóÇáó ÑóÓõæúáõ Çááå ö : ãóäú íóÖúãóäú áöíú
ãóÇ Èóíúäó áöÍúíóíúåö æó ãóÇ Èóíúäó ÑöÌúáóíúåö ÃóÖúãóäú áóåõ ÇáúÌóäøóÉó
“Dari
Sahl bin Sa’d Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rosulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ”Barangsiapa yang menjamin kepadaku
(keselamatan) apa yang ada di antara dua bibirnya (yaitu lisannya), dan
apa yang ada di antara kedua kakinya (yaitu kemaluannya), maka aku jamin
surga baginya”. [Bukhari dan Muslim]
5) Al-Imam an-Nawawi berkata di dalam kitab al-Adzkar:
”Ketahuilah
bahwasanya ghibah (menggunjing orang) itu, sebagaimana diharamkan bagi
orang yang melakukannya, diharamkan juga bagi orang yang mendengarkannya
dan menyetujuinya. Maka hendaklah bagi siapa saja yang mendengar
seseorang mulai menggunjing (saudaranya yang lain) untuk melarang orang
itu, kalau dia tidak takut kepada mudhorot yang jelas. Dan jika dia
takut kepada orang itu, maka wajib baginya untuk mengingkari dengan
hatinya dan meninggalkan majelis tempat ghibah tersebut jika hal itu
memungkinkan.
6) Benarlah kata penyair:
æóÓóãúÚóßó Õõäú Úóäú ÓóãóÇÚö ÇáúÞóÈöíúÍö # ßóÕóæúäö ÇááøöÓóÇäö Úóäö ÇáäøõØúÞö Èöåú
ÝóÅöäøóßó ÚöäúÏó ÓóãóÇÚö ÇáúÞóÈöíúÍ #ö ÔóÑöíúßñ áöÞóÇÆöáöåö ÝóÇäúÊóÈöåú
Dan pendengaranmu, jagalah ia dari mendengarkan keburukan,
Sebagaimana engkau menjaga lisanmu dari mengucapkan kejelekan itu.
Sesungguhnya ketika engkau mendengarkan kejelekan,
Engkau telah sama dengan orang yang mengucapkannya. Waspadalah!
7)
Prof. Dr. Al-Habib Abdullah Baharun, saat pengajian kitab Risalah
al-Qusyairiyyah di kediamanya di Ambaikho', Mukalla, berkata:
"Tinggalkanlah
menggunjing orang lain, karena ia ibarat retakan-retakan tempat
keluarnya air (amal kebaikan) pada gentongmu, ia akan terus-menerus
menguras habis pahala-pahala yang telah kau kumpulkan dengan susah
payah. Semakin sering kita menggunjing, akan semakin banyak retakan itu.
Tahukah engkau bahwa sejatinya orang yang kau gunjingkan itulah yang
beruntung mendapat manfaat berupa penghadiahan pahalamu padanya,
sedangkan kau termasuk orang yang benar-benar merugi. Memang tidak
mungkin kita terlepas seutuhnya dari ghibah, oleh sebab itu kurangilah
ia agar 'gentong' tempat isi pahalamu tidak kosong dan kaupun hanya
mendapatkan kepayahan saja."
Oleh: Abdurrohman (Mahasiswa tingkat IV, Fakultas Syariah wal Qonun, Universitas al-Ahgaff)_
Wallahua'alam.