Tarim menggelar hajat besar. Untuk kali pertama, kota yang terkenal
dengan sebutan Kota Seribu Wali itu menyabet penghargaan bergengsi
sebagai “Pusat Kota Budaya Islam Dunia 2010” dari Organisasi Islam untuk
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (ISESCO), di Gedung Budaya
Bin Yahya, Ahad (07/3).
Seremonial yang dihadiri oleh Wapres Yaman Abdurobbih Mansur dan para tamu undangan dari seluruh dunia itu mempersembahkan pentas seni budaya khas Tarim bertema Tarim Surga Dunia. Budayawan dari dalam dan luar negeri ikut pula meramaikan sebuah drama yang mengisahkan seorang waliyullah, Sayyid Abdul Malik, yang hijrah dari Tarim, Hadhramaut, Yaman, menuju India, untuk menyebarkan ajaran Islam dengan damai.
Drama yang diiringi puisi dan bait-bait syair merdu itu juga mengisahkan anak keturunan yang mengikuti jejaknya dalam menyebarkan Islam hingga ke Asia Tenggara dan sekitarnya, mulai dari India, Cina, Filipina, hingga Indonesia.
Mereka yang belakangan juga berdakwah hingga ke benua Afrika, Amerika, dan Eropa, memperkenalkan Islam dengan cara dan metode yang sangat mulia, tanpa kekesaran, apalagi teror, sehingga masyarakat setempat merasakan esensi ajaran Islam yang sesungguhnya, dan pada akhirnya Islam dapat diterima oleh semua golongan. Mereka, yang notabene imigran, pandai menyesuaikan diri dengan adat dan budaya setempat.
Hingga sekarang kota tersebut tetap eksis dalam memperkenalkan pemahaman-pemahaman Islam yang damai, terbukti dengan banyaknya pelajar dan mahasiswa luar negeri yang menimba ilmu di kota yang berpenduduk sekitar 500 ribu jiwa itu.
Kisah perjuang para waliyullah dan sumbangsih kota itulah yang mengispirasi ISESCO, salah satu badan di bawah naungan OKI, menganugerahkan penghargaan bergengsi kepada Tarim sebagai Pusat Kota Budaya Islam Dunia 2010, menggantikan kota Kairouan, Tunisia, yang menyandangnya pada tahun 2009.
Penghargaan ini disambut gembira oleh semua pihak. Wakil Gubernur Hadhramaut, Omair Barak, menilai, ini adalah sebuah kehormatan bagi semua putra Hadhramaut dan Yaman secara umum. Begitu juga dengan Mohammad Al-Muflihi, menteri kebudayaan Yaman, yang putra Hadhramaut asli. Ia memberikan apresiasi setinggi-tinginya atas pencapaian itu. “Kota Tarim akan menjadi pusat perhatian negara-negara di dunia, dan semua harus terlibat di dalamnya. Semoga hal ini dapat menyatukan peran organisasi masyarakat sipil dan pemerintah untuk bekerja sama mengemban amanah sebagai Pusat Kota Budaya Islam Dunia 2010, selama setahun kedepan” ujarnya.
Serba-serbi Tarim, mengenai tempat, sejarah, dan geografi, akan dipersembahkan secara berkesinambungan oleh panitia, berupa festival, konferensi, simposium, dan ceramah. Di antara kegiatan yang akan diselenggarakan ialah pameran, yakni pameran buku, kaligrafi, kerajinan, fotografi, fashion, dan budaya daerah. Kemudian beberapa konferensi internasional tentang peran Tarim dari sisi keilmiahan dalam sejarah Islam, manuskrip, arsitektur tanah liat, landmark Islam di Wadi Hadhramut, simposium anak muslim Arab, simposium seni pahat dunia Islam, sarasehan sastrawan Damon, festival Bakatheer, festival malam Tarim, festival rakyat puisi, dan lain-lain.
Lebih jauh Al-Maflahi, yang sebelumnya telah mempersiapkan logo kota Tarim dengan melibatkan beberapa seniman kondang sebagai simbol, berharap, posisi historis dan peran kota itu dalam menyebarkan Islam dan nilai-nilai tolerannya ke seluruh dunia tak hanya dirasakan dan diterima oleh muslim dan dirayakan oleh negara muslim, melainkan juga umat dan negara-negara lain pada umumnya. Semoga.