Marhabaan ya Ramadlan…
Marhabaan ya syahrus shiaam…
Baarikillaahumma fii Ramadlaan…
Salam hangat untuk sobat Himmah FM. Alhamdulillah sekarang kita sudah masuk di bulan Ramadlan, bulan yang penuh berkah dan pengampunan. Bulan yang dinanti-nanti kedatangannya oleh seluruh umat Islam di dunia. Bulan yang terasa sangat beda dengan 11 bulan lainnya. Di bulan ini, kita diwajibkan puasa satu bulan penuh, dan tentunya, kegiatan-kegiatan sehari-hari pada bulan ini juga tidak sama dengan bulan lainnya. Di bulan ini, kita bangun sebelum fajar terbit untuk makan sahur bareng keluarga atau teman. Setelah adzan maghrib berkumandang, nikmat yang paling terasa karena akhirnya kita bisa minum dan makan setelah seharian menahan diri dari haus dan lapar. Dan kegiatan-kegiatan lainnya yang hanya bisa kita rasakan di Ramadlan.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin sedikit berbagi cerita tentang bagaimana suasana Ramadlan di Hadlramaut. Mungkin sangat berbeda dengan di Indonesia tentunya. Karena Hadlramaut ini merupakan salah satu tanah di jazirah arab, yang biasanya bulan Ramadlan jatuh ketika puncak musim panas. Seperti tahun-tahun sebelumya, tahun ini pun Ramadlan di sini terasa panas, dan puasa menjadi semakin menantang karena selain menahan haus dan lapar, plus juga menahan diri dari hawa panas yang tidak karuan, hehe.
Ada kebiasaan orang-orang Hadlramaut ketika menyambut datangnya bulan Ramadlan. Biasanya ketika Ramadlan datang, ada acara-acara yang digelar khusus untuk menyambut bulan suci ini. Contohnya saja seperti di kota Maqd. Penduduk kota ini ketika hari pertama sampai ketiga Ramadlan, setiap sore mendandani anak-anak kecil. Kemudian mereka diberi manisan-manisan dan jajan-jajan. Lalu setelah mereka sudah cantik dan ganteng, mereka pergi ke rumah kakek dan neneknya, juga keraba-kerabat lainnya untuk membagikan atau sekedar memperlihatkan jajan-jajan yang mereka bawa. Adat yang cukup seru.
Di kota lain, seperti kota Haami, mereka mengkhususkan hari pertama sampai sepuluh Ramadlan untuk keluarga. Mereka sahur dan berbuka puasa bersama. Dan setelah melewati sepuluh Ramadlan, barulah mereka menggelar undangan-undangan untuk berbuka puasa atau mendatangi rumah kerabat-kerabat yang juga menggelar undangan berbuka puasa bersama.
Dalam menyambut bulan Ramadlan, Hadlramaut memiliki ciri khas. Suasana kekeluargaan pada bulan ini benar-benar terasa. Acara-acara untuk menyambung silaturrahim tidak ketinggalan mereka gelar ketika bulan ini. Masjid-masjid dipercantik sedemikian rupa. Dipasangi lampu-lampu yang menyala indah ketika malam hari. Karena sebagaimana kebiasaan orang-orang arab, ketika Ramadlan datang, siang bagai malam dan malam bagai siang. Jangan heran kalau jalan-jalan dan masjid-masjid tetap ramai sampai menjelang fajar. Begitu juga di Hadlramaut. Suasana seperti ini juga terlihat. Kalau siang, jalan-jalan terlihat sepi, namun kalau malam, toko-toko buka dan suasana jalanan terlihat cukup ramai.
Masih seputar penyambutan bulan suci Ramadlan, beberapa kota di Hadlramaut menggelar acara khusus ketika Ramadlan tiba. Acara yang khataman quran menjadi cirri khasnya, memiliki nama yang berbeda-beda pada setiap kota. Kalau di Mukalla, yang merupakan ibukota Hadlramaut, acara ini dinamakan ‘Khatam’, sedangkan penduduk Haami menamakannya ‘Khitaami’. Acaranya pun di setiap kota berbeda, meskipun tetap mengandung satu makna, yaitu menyambung silaturrahim antara umat Islam. Karena pada acara ini orang-orang berkumpul mulai setelah shalat ashar sampai lewat tengah malam.
Untuk di Mukalla kota, acara ‘Khatam’ ini biasanya dilangsungkan oleh pengurus-pengurus masjid ketika tanggal 9 Ramadlan, dan seterusnya rutin digelar setiap dua hari sekali.
‘Khatam’ bukan merupakan acara khataman Quran biasa, seperti mungkin yang banyak kita jumpai di beberapa daerah di Indonesia. Ini seperti acara haflah besar-besaran, mahrajan (perayaan, pesta) yang sangat menarik dan meriah. 'Khatam' digelar di beberapa masjid secara bergiliran. Masjid yang mendapat giliran 'Khatam' akan dihias dan lebih diperindah lagi.
Acara 'Khatam' ini dimulai dari ashar sampai malam hari. Setelah shalat ashar, masjid sudah mulai ramai. Nasyid-nasyid disenandungkan, orang-orang banyak yang berjualan mainan-mainan dan jajan-jajan khas Hadlramaut, orang-orang mulai banyak berdatangan. Anak-anak kecil didandani dan asyik bermain di sekitar masjid. jalanan sekitar masjid tempat 'Khatam' digelar akan sangat ramai dan penuh. Bukan hanya orang laki-laki yang memenuhi masjid, tapi juga para hareem (wanita-wanita) bisa datang untuk menyaksikan acara 'Khatam' tersebut. Yang lebih menariknya lagi, selain anak-anak kecil yang datang dengan pakaian dan tampilan yang cantik dan tampan, biasanya ketika acara 'Khatam' ini juga didatangkan onta yang tidak kalah cantik, hehe. Onta-onta juga didandani dan dihias supaya tampil lebih ‘fresh’. Ia tidak ditumpangi, hanya diarak dan menjadi tontonan orang-orang yang hadir untuk menyaksikan acara 'Khatam' tersebut.
Arak-arak di fowa
Dan ketika adzan maghrib berkumandang, orang-orang berkumpul di dalam masjid. Pihak masjid sudah menyediakan kopi atau teh dan kurma (makanan wajib bagi orang-orang Hadlramaut untuk ta’jilan) untuk orang-orang berbuka. Sepertinya mereka sangat memanfaatkan bulan penuh kemurahan ini dengan banyak bershadaqah dan memberi makan orang yang berbuka puasa. Sebagaimana yang disabdakan oleh rasulullah, “Sebaik-baiknya shadaqah adalah shadaqah pada bulan Ramadlan.”
Di Foah, salah satu daerah di kota Mukalla, acara ‘Khatam’ digelar pada tanggal 20 Ramadlan. Ketika malam hari, masjid tempat acara ‘Khatam’ digelar sudah mulai dihiasi. Dan ketika ashar, acara dimulai dengan mengarak pemilik masjid di jalan-jalan. Pengarakan ini juga diiringi oleh berbagai lantunan-lantunan nasyid. Menariknya, yang melantunkan nasyid tidak hanya para Hadarim (sebutan untuk penduduk-penduduk Hadlramaut), namun juga partisipasi pelajar-pelajar Indonesia tidak ketinggalan. Sekelompok pelajar Indonesia juga ikut melantunkan qasidah-qasidah dengan gaya khas mereka. Dan para Hadarim juga dengan gaya khas mereka dengan juga menampilkan tarian-tarian Arab. Bisa dibayangkan perpaduan yang begitu menarik!
Pengarakan ini terus dilakukan sampai menjelang maghrib. Ketika adzan maghrib berkumandang, orang-orang sudah berkumpul di masjid untuk menyantap ta’jil yang berupa teh atau kopi dan kurma. Kemudian setelah shalat maghrib berjama’ah para hadirin dipersilahkan menyantap makan malam di rumah pemilik masjid yang setelah ashar tadi diarak. Acara makan malam ini tidak memakai undangan, namun siapa saja yang mau datang untuk ikut makan malam dipersilahkan. Subhaanallah…sungguh tidak ternilai manisnya kebersamaan umat Islam.
Tapi acara tidak berhenti sampai di situ. Setelah shalat tarawih, doa khatam Quran dibaca. Dan setelah itu, orang-orang masih banyak yang berjualan di sekitar masjid. Ada juga pameran-pameran tentang sejarah Hadlramaut, momen tepat untuk mengenalkan dahsyatnya Hadlramaut bagi orang-orang yang belum mengenalnya.
Walaupun saya belum menyaksikan secara langsung penggelaran acara 'Khatam' ini, namun setelah saya mendengar dan membaca cerita tentang 'Khatam' ini, saya merasakan faidah yang sangat dalam dengan digelarnya acara ini. Faidah utama adalah, sebagaimana yang saya katakan, yaitu menghidupkan suasana kekeluargaan dan menyambung kembali tali silaturrahim. Ketika acara ini digelar, hampir semua penduduk datang dan saling bertegur sapa. Apalagi ketika waktu buka tiba, mereka duduk bersama dan berbincang sambil menikmati hangatnya kopi atau teh. Sungguh suasana yang hangat dan menyenangkan, yang mungkin hanya bisa dirasakan di bulan Ramadlan, bulan penuh berkah ini.
Suasana lain yang terasa beda ketika bulan Ramadlan adalah dalam pelaksanaan shalat tarawihnya. Di beberapa kota di Hadlramaut shalat tarawih tidak hanya digelar satu kali. Ada beberapa masjid yang menggelar jama’ah tarawih dua kali, pertama ketika awal isya’ yaitu sekitar jam 8an, dan yang kedua adalah ketika lepas tengah malam, sekitar jam 12. Dan menurut informasi yang saya dapatkan, orang-orang yang biasa hadir ketika jama’ah tarawih kedua adalan para syeikh (orang-orang sepuh) yang sudah berumur. Subhaanallah…
Berbeda lagi di kota Tareem, kota yang terkenal dengan ulama’-ulama’nya, yang di dalamnya terdapat makam Zanbal, yang merupakan central persemayaman para ulama’. Saking banyaknya ulama’ yang dimakamkan di Zanbal ini, sampai dikatakan bahwa jumlah batu di Zanbal tidak sebanding dengan jumlah ulama’ yang dimakamkan di dalamnya. Nah, di kota Tareem ini, jama’ah tarawih di masjid-masjid hampir tiap jam ada. Kita tinggal memilih, mau shalat tarawih jam berapa, insya Allah ada masjid yang menggelar shalat tarawih. Mulai dari masuknya waktu isya’ sampai sekitar jam 3, masjid-masjid menggelar jama’ah tarawih.
Jadi, malam-malam ketika bulan Ramadlan begitu terasa. Suara-suara jama’ah tarawih dan senandung-senandung tadarrus quran terdengar santer dari masjid-masjid. Menghidupkan malam Ramadlan dengan harapan pengampunan dosa dan pelipatan pahala atas amal ibadah yang dilakukan.
Suasana teraweh Di Masjid Al Muhdhor Tarim
Kebiasaan berbuka puasa di Hadlramaut juga berbeda dengan di Indonesia, namun mungkin sama dengan negara-negara Arab lainnya. Ketika adzan maghrib berkumandang, mereka tidak langsung menyantap nasi. Ada ta’jilan yang ‘wajib’ ada ketika berbuka. Yaitu teh atau kopi, kurma, sambosa, bakhumri, dan syurbah (semacam sop gandum). Makanan-makanan ringan ini harus dihidangkan ketika berbuka dan menjadi santapan orang-orang Hadlramaut setiap berbuka. Setelah shalat maghrib baru mereka menyantap nasi. Lucunya, ada sebagian orang yang berbuka sampai tiga ronde. Ketika adzan, yaitu menyantap teh atau kopi dan kurma, kemudian setelah shalat maghrib mereka tidak makan nasi, tapi makan syurbah dan makanan-makanan ringan lain seperti sambosa, bakhumri, dan lain-lain yang biasa disebut ‘maqliaat’, atau yang biasa kita sebut gorengan. Baru selepas halat tarawih mereka menggelar makan malam, yaitu menyantap nasi.
Bakhomri
Tapi kebanyakan orang-orang Hadlramaut sama sekali tidak menyantap nasi ketika berbuka. Setelah shalat maghrib mereka hanya menyantap syurbah dan maqliaat sambil mengobrol menunggu datangnya waktu shalat isya’. Mereka hanya banyak mengkonsumi minuman-minuman pada malam hari, seperti ‘asheer (jus buah-buahan), sirup, dll. Baru ketika waktu sahur mereka menyantap nasi. Dan orang-orang ini biasanya baru berbuka dengan nasi di hari-hari terkahir Ramadlan. Sedikit aneh memang kebiasannya, hehe…
Musholla Ahlu Kisa'
Seperti di Indonesia, di Hadlramaut juga ada orang-orang yang berkeliling ketika waktu sahur untuk membangunkan orang-orang. Mereka biasa disebut ‘muthobbil’ (orang yang memukul bedug). Mereka juga berkeliling membangunkan orang-orang, seperti yang biasa kita temukan di Indonesia.
Ketika memasuki hari-hari terakhir Ramadlan, suasana ibadah semakin terasa. Di beberapa kota, seperti di Haamiy, jama’ah tarawih bahkan diwajibkan. Kaum laki-laki dan perempuan berbondong-bondong mendatangi masjid untuk melaksanakan jama’ah tarawih. Sedikit berbeda dengan di Indonesia, yang malah ketika hari-hari terakhir Ramadlan jama’ah tarawih di masjid-masjid semakin maju, alias tambah sedikit, hehe. Padahal, di salah satu hari-hari terakhir ini Allah menempatkan malam yang ibadah di dalamnya lebih baik dari malam 1000 bulan. Sangat sia-sia kalau dilewatkan begitu saja.
Ketika 10 malam terakhir, doa-doa setelah shalat witir diperpanjang. Malam lebih dihidupkan lagi dengan ibadah. Ada jama’ah shalat tasbih yang hanya digelar ketika 10 malam terakhir bulan Ramadlan.
Di beberapa kota, bahkan ada yang menggelar acara khusus kecil-kecilan. Sekedar baca qasidah atau nasyid dan doa-doa khusus setelah jama’ah shalat tarawih. Biasanya digelar tanggal 26 dan 28 Ramadlan. Dan ada juga yang menggelarnya ketika malam terakhir bulan Ramadlan.
Ada juga kota yang megadakan acara ketika hari terakhir Ramadlan (29 atau 30 Ramadlan). Ketika hari itu, tidak seperti biasanya mereka sudah bangun di pagi hari dan mendandani anak-anak kecil. Setelah rapi semua, anak-anak kecil ini siap berkeliling di jalanan dengan gaya khas mereka, sambil menyerukan kalimat perpisahan dengan bulan yang penuh berkah ini.
“Wada’ wada’ yaa Ramadlan…”
Sungguh sedih rasanya jika ujung Ramadlan sudah di depan mata. Seruan anak-anak kecil itu sampai menggetarkan orang-orang yang hadir, tidak sedikit yang kemudian sampai menitikkan air mata, merasakan sedihnya berpisah dengan bulan suci Ramadlan.
Ramadlan benar-benar bulan yang penuh berkah. Walaupun ini Ramadlan pertama yang saya rasakan di Hadlramaut, namun suasana keberkahannya sudah sangat terasa dan menancap di hati saya. Saat-saat yang paling menyenangkan adalah ketika berbuka. Bukan karena sudah bisa makan dan minum, tapi melihat kebersamaan yang tampak di antara kami. Berbuka dengan makanan-makanan dan gaya-gaya baru bersama orang-orang Hadlramaut.
Biasanya di Indonesia, kalau adzan maghrib berkumandang langsung minum es buah dan menyantap nasi beserta lauk pauknya, tapi di sini, menyeruput hangatnya teh atau kopi dan menikmati syurbah dan sambosa. Dan asyik berbincang, berbagi cerita bersama kawan-kawan baru.
Semoga cerita sedikit ini dapat menggambarkan suasana kekeluargaan mendalam yang tercipta di Hadlramaut. Dan kita bisa menjadi hamba-hambaNya yang mendapatkan berkah dan kemurahanNya di bulan suci ini…amiin ya Rabb.
Salam Persaudaraan,
Ditulis Oleh Atina Balqis