Mukalla-hadhramaut.info, Jumlah pelajar dan mahasiswa indonesia di Yaman hampir mencapai dua ribuan, sebuah angka yang terhitung besar dibanding dengan pelajar dan mahasiswa di negara lain di jazirah arab, namun jumlah tersebut mengalami penurunan sedikit setelah krisis melanda negeri ujung selatan semenanjung arab itu.
Saat ramai-ramai pemerintah Indonesia (KBRI) mengevakuasi para pelajar dan mahasiswa dari Ibu kota sana'a tiga bulan lalu sedikit mengurangi jumlah tersebut,namun tidak demikian dengan mahasiswa indonesia di Universitas Al Ahgaff yang berada di Provinsi Hadhramaut yang semakin tahun semakin bertambah banyak, pasalnya, selain kondisi di Hadhramaut sangat kondusif untuk belajar, Provinsi tersebut tidak terpengaruh dengan krisis dalam negeri, sehingga para pelajar dan mahasiswa di provinsi itu tetap semangat menuntut ilmu, meski banyak media memberitakan bahwa krisis interen Yaman memepengaruhi kondisi semua daerah dan provinsi di negara tersebut.
Di tengah pemberitaan media yang melemahkan semangat belajar di negeri asal para da'i pembawa islam di nusantara itu, Universitas Al Ahgaff memberikan bea siswa penuh yang mencakup asrama, kuliah dan makan kepada mahasiswa baru dari Indonesia yang berjumlah 162 (seratus enam puluh dua) mahasiswa yang telah lulus seleksi.
Para mahasiswa tiba di Bandara Internasional Rayyan, Mukall Hadhramaut Yaman sekitar pukul 03.00 Senin dini hari (26/9) di antar oleh perwakilan resmi Al Ahgaff di Indonesia, Al Habib Hasan Husein Aljufri dan KH. Mohamad Zaim Ahmad dari Lasem Rembang Jawa Tengah yang mewakili Robithoh Al Ma'ahid Indonesia (Ikatan Pondok Pesantren se Indonesia). Sebelumnya para calon mahasiswa itu dilepas oleh Menteri Sosial (Mensos) Dr. Salim Aljufri dan sejumlah tokoh dan Kyai di pondok pesantren As-Shiddiqiyah Depok yang diasuh oleh KH. Nur Iskandar SQ.
Dalam sambutannya, seperti ditulis republika online (25/9), mensos mengatakan, kendati Yaman saat ini sedang dilanda krisis politik dan konflik sosial, namun Yaman tetaplah salah satu negara pusat ilmu dan pengembangan Islam di Timur Tengah.
“Termasuk dinamika Islam di Indonesia dan Asia Tenggara dipelajari di sana, jadi mahasiswa yang akan berangkat ini termasuk yang beruntung,” ujar Mensos.
Dia melanjutkan, Yaman sejatinya adalah negeri dengan suasana lingkungan yang sederhana dan kondusif untuk belajar mengenai Islam. Saat ini, ada sekitar 650 mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al Ahgaff dengan jenjang studi Strata-1 (S-1), Strata-2 (S-2), dan Strata-3 (S-3).
Mensos menyampaikan rasa bangganya dengan para mahasiswa Indonesia di Universitas Al Ahgaff lantaran kebanyakan mahasiswa yang berangkat ke sana adalah mahasiswa dari daerah miskin dan keluarga tidak mampu.
“Artinya, kemiskinan itu bukan penghalang untuk mengejar ilmu dan menjadi cendekia,” katanya.
Mensos secara khusus mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang sudah memberikan bantuan kepada mahasiswa tidak mampu untuk melanjutkan studinya ke tingkat yang lebih tinggi. Kepada seluruh pemerintah daerah, Mensos meminta agar mereka juga turut membantu memberikan dukungan untuk pendidikan warga miskin.
“ternyata banyak kok kalangan tidak mampu ini yang mempunyai kemampuan setara dengan mereka yang berduit,” kata Mensos yang ditulis republika online.
162 Mahasiswa yang diterima Al Ahgaff itu merupakan hasil seleksi dari tujuh ratus lebih peserta yang mendaftar kepada perwakilan ahgaff di Indonsia yang disebar ke seluruh provinsi dan daerah.
Keberangkatan para mahasiswa tahun ini merupakan kali pertama dan paling istimewa karena dari jakarta, Abu Dhabi langsung Hadhramaut tidak melalui Ibu kota Sana'a. Mereka disambut hangat oleh pihak Al Ahgaff yang dipimpin oleh Al Habib Dr. Zen bin Aqil Kepala bagian mahasiswa asing dan sejumlah mahasiswa pasca sarjana dan doktoral. Dari bandara mereka langsung menuju asrama yang berjarak sekitar 50 kilo meter dari bandara Rayyan.
Hari pertama di Asrama Al Ahgaff, para mahasiswa mendapat pengarahan dari Al Habib Hasan Aljufri dan KH. Mohamad Zaim Ahmad yang mengurus dan mengantar mereka hingga diterima di Al Ahgaff. Alhabib Hasan memberikan nasihat dan support agar semua mahasiswa yang baru itu bersemangat belajar karena itu merupakan amanat.
"Kalian itu di sini dibiayai oleh dermawan yang hanya menginginkan agar kalian serius belajar dan pulang ke tanah air membawa ilmu yang bermanfaat, dan jangan lupa etika dan akhlaqul karimah harus dijaga", kata Habib yang juga alumni Ahgaff angkatan pertama.
"Kalian juga harus berhati-hati, jika ada yang membawa bekal uang banyak dari Indonesia sebaiknya dititipkan kepada pengurus yang telah terbentuk agar penggunaan uang dapat diminimalisir dan tidak boros, sebab biasanya jika pegang uang banyak kadang lupa dan hanya bermain-main saja tanpa mempedulikan waktu maupun kondisi, apalagi kalian berada di Ibu kota Provinsi" katanya berpesan kepada para mahasiswa baru layak anak sendiri.
Sementara itu KH. Mohamad Zaim Ahmad berpesan agar para mahasiswa senantiasa bersemangat belajar dan memegangi akidah Ahli sunnah wal jama'ah yang mempercayai adanya kuwalat (jawa,red) seperti yang diceritakannya dalam sebuah Hadist Nabi SAW. Dengan gaya khasnya Kyai muda ini menceritakan bagaimana penduduk daerah yang tidak mau memberikan jamuan kepada para tamu yang terdiri dari Sahabat Nabi SAW yang dipimpin oleh Sa'd bin Ubadah ra kuwalat yaitu burungnya digigit kalajengking dan tidak ada yang dapat menyembuhkan sampai akhirnya meminta tolong barang kali diantara tamu itu ada yang bisa menyembuhkan, dan ternyata benar, Sa'd bin Ubadahlah yang kemudian memberikan obatnya dengan meniupkan ludahnya ke dalam gelas yang berisi air dan sembuh.
"itu namanya kuwalat" kata Kyai yang enerjik itu.
Setelah memberikan pengarahan kedua orang yang berjasa dalam perekrutan dan pemberangkatan mahasiswa di Al Ahgaff ini di Undang makan Oleh Rektor Al Ahgaff, Al HAbib Pros. DR. Abdullah Mohamad Baharun di kediaman beliau.
Selama di Hadhramaut, kedua tokoh yang sangat diperhitungkan di Indonesia itu tidak melewatkan waktunya sedikitpun, mereka terus menimba pengalaman dan mengharap berkah dari Allah SWT melalui para Habaib mulai dari daerah Mukalla hingga Tarim kota seribu wali, sehingga meski hanya lima hari di Hadhramaut mereka telah mengunjungi sebagian besar Habaib dan tempat-tempat bersejarah.