Idul Fithri Di Tarim
The Source: hadhramaut.info/indo -
Home \
Liputan
Tidak ada yang berbeda dengan Indonesia, tradisi berlebaran di Tarim juga diramaikan dengan warna-warni busana hari raya Tak heran bila mulai akhir-akhir Ramadhan pasar lokal dari pojok ke pojok dipenuhi konsumen dari pelbagai tempat. Tidak ketinggalan Suuq an-Nisa'' atau pasar khusus wanita yang memang dikhususkan keperluan-keperluan kaum Hawa dari Abaya sampai perhiasan ikut berjubel pengunjung. Model sandal dengan hak tinggi masih menjadi tern pembeli pria dipadu dengan sabuiyyah, model sarung tenun produksi dalam negri yang lebih mirip sewek (baca: jawa) sebab ternyata tidak berlobang. Namun sebagian lagi sudah enggan mengenakannya dan berhijrah ke sarung produksi Indonesia dengan alasan lebih praktis dan kaya corak. Sedangkan beberapa masjid Tarim di malam lebaran pun masih aktif sebagaimana hari-hari di bulan Ramadhan. Sebab menurut ceramah Habib Salim as-Syathiri malam hari raya adalah termasuk salah satu malam yang dibuka lebar-lebar pintu terkabulnya do''a, seperti redaksi hadits menyebutkan. Maka tidak heran bila di malam itu masih banyak saj yang khusyu'' beri''tikaf sambil membaca al-Quran atau mengumandangkan takbir. Adapun takbir keliling sebagaimana lumrahnya di Indonesia disini kurang ditradisikan, mungkin alasannya akan mengurangi suasana syahdu dan khusyu'' beribadah. Di pagi harinya tampak masyarakat Tarim dengan penuh ceria berangkat menuju lokasi sholat Ied baik di Jabanah (musholla Ied), masjid atau lapangan. Setelah sholat Ied dan khotbah berlangsung masing-masing bersalaman "minal aidin wal faidzin Kullu Aam Wa antum bi khoir " Tapi menurut tradisi Tarim yang diwariskan secara turun temurun, kurang lengkap kiranya bila sebulan berpuasa tanpa diikuti dengan puasa sunnah enam hari di bulan Syawwal. Oleh karena itu budaya Uwad alias silaturrahmi ke kediaman beberapa ulama dan pemuka setempat baru dilaksanakan tanggal 8 Syawwal. Alhasil, Moment Islami tahunan ini lewat dengan suka cita dan kegembiraan.
|