al-Ahgaff Manuscripts Library (Maktabah al-Ahgaff li
al-Makhṯûṯât) adalah salah satu
perpustakaan manuskrip terbesar di Yaman yang terletak di jantung Kota Tarim.
Perpustakaan yang dirintis tahun 1930 M. ini merupakan salah satu di antara
sekian banyak perpustakaan di Negeri Saba yang masih eksis menyimpan ribuan
manuskrip autentik tulisan tangan Salaf al-Ṣâliḫ. Hingga saat ini,
perpustakaan yang disempurnakan pembangunannya tahun 1972 tersebut menyimpan
kurang lebih 6200 judul manuskrip dari berbagai disiplin ilmu, seperti Tafsir,
Hadits, Falak, Fikih, Tasawuf, Sejarah, Sastra, Ilmu Bahasa, Kedokteran,
Geografi, Arsitektur, Matematika dan lain-lain.
Kepada Hadramaut Info, Raʼis ʻAm Maktabah, Husein Umar
al-Hâdî menjelaskan hal-hal
penting yang berkaitan dengan Maktabah. Husein Umar juga memberikan “kuliah
manuskrip” selama kurang lebih setengah jam.
Secara garis besar, prosentase jumlah manuskrip yang
masih utuh tersimpan didominasi oleh karya ulama abad kesepuluh hingga
kesebelas Hijriah, baik yang berasal dari Negeri Yaman sendiri maupun dari
negara tetangga seperti Maroko, Irak, Mesir, Suriah, dan sebagainya. Adapun
manuskrip tertua adalah karya yang ditulis sekitar abad lima Hijriah, di
antaranya: naskah kitab al-Bayân fî Tafsîr al-Qurʼân juz 5 karya Abî Jaʻfar Muhammad ibn Hasan al-Ṯûsî yang disalin tahun 595
H., naskah juz ke-2 dari kitab al-Qânûn fî al-Ṯibb karya Ibn Sina yang
disalin tahun 633 H., 5 jilid naskah
tafsir monumental karya Jalâl al-Dîn al-Suyûtî berjudul al-Durr al-Mantsûr
fî Tafsîr bi al-Maʼtsûr yang dihiasi dengan
ukiran tinta emas serta dilengkapi ijazah autentik tulisan tangan sang
pengarang, dan naskah al-Syifâʼ bi Taʻrîf Huqûq al-Muṣṯafâ karya al-Qâḏî ʻIyaḏ yang disalin sekitar
tahun 723 H.
Di samping itu, beberapa manuskrip
bercorak ilmu umum juga terlihat diabadikan dalam lemari kaca khusus, sebut
saja Jarîdah al-ʻAjâʼib fî Farâʼid al-Gharâʼib, buku geografi karya Umar al-Muḏaffar
al-Wardî (w. 749 H.), dan Tajrîd Iqlîs karya Nahru al-Dîn al-Ṯûsî (w.
672 H.) dalam bidang arsitektur. Yang paling unik dan langka adalah menuskrip
berjudul ʻUnwân
Syaraf al-Wâfî, karya
ulama Yaman, Muhammad ibn Ismaʻil ibn
al-Muqrî (w. 837 H.).
Kitab ini tergolong langka, karena di
dalamnya berisi lima disiplin ilmu sekaligus, yaitu Fikih, ʻArûḏ (ilmu
irama syair), Sejarah, Nahwu, dan Qawâfî (ilmu sajak). Dalam menyajikan kitabnya
itu, al-Muqrî menyusun Ilmu Fikih secara horisontal dan menyusun empat disiplin
ilmu lainnya secara vertikal. Uniknya, masing-masing ilmu yang disusun vertikal
itu bertemu pada titik kata yang ada dalam Ilmu Fikih. Kemudian untuk
membedakan satu dengan lainnya, masing-masing diberi warna yang berbeda.
Selain melestarikan warisan intelektual para ulama dalam
bentuk penjagaan dan perawatan, Maktabah al-Ahgaff juga berusaha mewujudkan
karya-karya mereka dalam bentuk buku melalui proses percetakan dan sistem taḫqîq modern. Untuk
mensukseskan proyek tersebut, Maktabah memiliki divisi khusus percetakan (qism
al-maṯbûʻât) yang secara intens
bertugas meneliti dan men-taḫqîq manuskrip-manuskrip yang
belum diterbitkan. Bahkan tidak hanya itu, sejumlah kegiatan kerjasama juga
dilakukan dengan beberapa universitas dan institut pendidikan di Yaman.
Sebagaimana kerjasama yang telah dilakukan dengan Universitas al-Ahgaff,
misalnya, dalam bentuk pemberian tugas taḫqîq kepada mahasiswa tingkat
akhir sebagai salah satu persyaratan kelulusan.
”Selain bermanfaat bagi mahasiswa, kegiatan ini juga akan
semakin memperkaya turats Islam”, ujar Husein Umar penuh optimis.
Selain divisi manuskrip dan percetakan, ada dua divisi
lagi yang juga tidak kalah urgen dalam menjalankan tugas keperpustakaan, yaitu
divisi digitalisasi (qism al-kumbûtr wa al-taswîr) yang fokus
mendokumentasikan manuskrip dalam bentuk file data dan soft copy, serta
yang terakhir yaitu divisi pelestarian (qism al-ṣiyânah).
Dalam perkembangannya, al-Ahgaff
Manuscripts Library bisa dikatakan oase ilmu bagi para pelajar di Yaman,
khususnya di Kota Tarim, karena berhasil menjadi pusat rujukan serta penelitian
ilmu pengetahuan. Apalagi, perpustakaan tersebut terletak di lantai dua dari
Masjid Jâmiʻ Tarim, pusat ibadah dan kegiatan keagamaan masyarakat
Kota Tarim yang berdiri sejak tahun 375
H. Istilah Jâmi’
diperuntukkan bagi “masjid besar”, atau yang selain sebagai tempat ibadah juga
sebagai tempat berkumpulnya masyarakat—di samping ada istilah “masjid” (kecil)
sebagai tempat ibadah saja. Dengan demikian, Masjid Jami’ Tarim tidak
hanya difungsikan sebagai tempat ibadah dan pusat kegiatan keagamaan masyarakat
semata, melainkan juga mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam
pembentukan keilmuan umat Islam.
Keberadaan perpustakaan yang berjarak sekitar 100 meter
dari Ribâṯ Tarim asuhan Habib Salim
al-Syaṯirî ini semakin
diperhitungkan oleh dunia ketika Kota Tarim dinobatkan sebagai ”Ibu Kota
Peradaban Islam” (The Capital of Islamic Culture) pada tahun
2010. Dari data kunjungan resmi selama dekade sepuluh tahun terakhir, tercatat
tak kurang dari lima Negara Eropa telah mengirimkan beberapa delegasinya untuk
mengunjungi perpustakaan ini, diantaranya adalah Rusia, Belanda, Amerika, Australia, dan
delegasi UNESCO. Kedatangan mereka tentu saja dalam rangka penelitian serta
studi filologis. [Dzul Fahmi]