Tak satupun di dunia ini yang abadi, Manusia, hewan, tumbuhan,
bebatuan, gunung, lautan, dan yang lainnya... semuanya mempunyai batas
masa tertentu. Gunung dan bebatuan akan hancur dan rapuh ditelan masa.
Lautan akan sirna di hari kiamat nanti. Hewan akan mati setelah menempuh beberapa sa'at dalam kehidupannya. Tumbuhanpun akan layu setelah beberapa selang waktu. Apalagi manusia, diapun akan menemui ajalnya dan kembali ke asal mula ia diciptakan yaitu tanah. Akan tetapi, kapan dia akan mati? Berapa lama dia akan hidup, dan sampai umur berapakah dia akan hidup di dunia yang fana ini? Tak satupun yang tahu.
Alhamdulillah... Allah SWT telah menjadikan berbagai musim dalam setiap Umur. Barang siapa yang memanfa'atkanya dengan berdagang dalam musim itu maka dia akan beruntung, dan barang siapa yang menghilangkan kesempatan di dalam musim-musim tersebut maka dia akan rugi. Musim-musim ini dijadikan untuk menggapai cita-cita, dan memperbaki kekurangan-kekurangan seseorang. Kesempatan menumpuk keuntungan bagi orang yang berdagang di dalamnya. Bagaimana tidak? Satu perbuatan baik menyerupai sepuluh kali kebaikan dan akan berlipat lagi hingga tujuh ratus kali lipat atau lebih. sedangkan kejelekan dalam musim-musim itu akan dihapus jika dia kembali dan bertaubat. Bukankah ini kesempatan mendapatkan keuntungan yang sangat besar?
Dengan modal umur kita yang pendek ini kita dapat membeli keabadian yang kekal di sorga-sorga Allah SWT, serta keabadian yang utuh dan tidak akan terputus jika kita menjalankan perintah-perintah Allah SWT di waktu ini. Barang siapa lalai dalam umur tersebut, maka dia akan mengalami kerugian.
Maka hendaklah kita sadar akan terbatasnya umur kita, dan hendaklah kita melihat pada diri kita sendiri apa yang telah kita lakukan dalam umur tersebut. Kemudian marilah kita mengganti kesempatan yang telah terlewatkan itu dengan istighfar dan menggantinya dengan perbuatan baik, karena kita tidak tahu sampai kapan kita mempunyai kesempatan yang sangat berharga ini. Ketahuilah wahai saudaraku...! bahwa dalam umur kita ini terdiri dari lima musim:
Musim pertama: Dari lahir hingga baligh (kira-kira hingga umur lima belas tahun).
Ketahuilah bahwa dalam musim ini sebagian besar berhubungan dengan orang tua, karena mereka berdualah yang merawat, mendidik dari kecil hingga aqil baligh, serta membawa kita menuju kebaikan yang kembali pada diri kita sendiri. Di musim ini, tidaklah pantas bagi kedua orang tua untuk berhenti dan merasa lelah untuk mendidik dan mengajarkan etika kepada sang anak. Karena seperti dalam pepatah, mendidik di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu.
Sahabat Ali RA berkata dalam menafsirkan firman Allah SWT:
(قُوْا أَنفُسَكُم وَأَهليكُم نارا). [التحريم:6]
"Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka".
"Yakni, Ajarilah mereka serta didiklah mereka". Maka hendaklah orang tua mengajarkan cara bersuci, dan shalat di musim ini, memukul mereka jika mereka meninggalkan hal tersebut ketika mencapai umur sepuluh tahun, serta menyuruh mereka untuk menghafal A-qur'an dan hadist Nabi SAW. Semua hal yang berhubungan dengan Ilmu, hendaklah orang tua memerintahkan mereka, melarang apa yang memang dilarang, serta mengajak mereka untuk berbudi pekerti yang baik, juga tidak pernah lelah untuk mengajarkan mereka berbagai ilmu pengetahuan sebisa mungkin. Karena ini adalah musimnya bercocok tanam.
Seorang penyair berkata:
Janganlah lupa untuk mendidik anak,
Meskipun engkau merasa capek.
Tinggalkanlah dia sendiri ketika dia telah dewasa,
Tidak berguna lagi nasehatmu
jika sewaktu kecil engkau melalaikannya.
Penyair lain mengatakan:
Ranting jika engkau tegakkan maka dia akan lurus,
Akan tetapi kayu jika engkau tegakkan, dia akan putus
Mendidik anak kecil mungkin akan bermanfa'at di suatu hari,
Akan tetapi, tidak akan bermanfa'at mendidik orang di senja hari
Sebagian anak kecil ada yang telah mempunyai pemahaman luas sehingga dia dapat memilih kebaikan untuk dirinya sendiri. Contohnya adalah Nabi Ibrahim dalam firman Allah SWT :
(وَلَقَد آتينا إِبراهيم رُشدَهُ من قَبل)[الأنبياء:51]
"Dan sungguh sebelum dia (Musa dan Harun) telah Kami berikan kepada Ibrahim petunjuk".Qs Al-Anbiya':51
Disebutkan dalam tafsir bahwa Nabi Ibrahim AS pada waktu itu berumur tiga tahun, kemudian ia berkata kepada bintang-bintang yang ada di langit, bulan serta matahari apa yang telah ia katakan, hingga dia berkata:
(وَجَهتُ وَجهي لِلَّذي فَطَرَ السَمَواتِ وَالأَرضَ).[الأنعام:79]
"ِAku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi" Qs Al-An'am:79.
Seorang anak jika telah melewati umur lima tahun maka menjadi nyatalah pemahaman serta keaktifannya dalam hal-hal kebaikan, dia juga sudah dapat memilih hal yang baik untuk dirinya sendiri, serta dia akan memalingkan dirinya dari perbuatan yang rendah dan tidak layak.
Pada suatu hari Sahabat Umar RA berpapasan dengan sekelompok anak kecil yang sedang bermain, kemudian mereka membubarkan diri karena kedudukan umar di mata mereka, akan tetapi Ibnu Zubair tidak kunjung pergi, Kemudian Sahabat Umar berkata kepadanya: "Kenapa kamu tidak pergi seperti mereka? Kemudian dia berkata: "Jalan ini Tidaklah sempit sehingga aku harus memperlebarnya untukmu, dan tidaklah aku mempunyai dosa kepadamu sehingga aku harus takut padamu".
Al-Khalifah juga berkata kepada salah satu anak menterinya ketika dia berada di rumah mereka: "Manakah yang lebih bagus, Rumahku atau rumah kalian?". merekapun menjawab: "Rumah kami lebih bagus". Khalifah mengatakan: "Mengapa?" mereka menjawab: "Karena engkau berada di rumah kami ini".
Pemahaman seorang anak, serta tingginya cita-cita mereka atau kelalaian mereka akan tampak jelas dengan melihat apa yang mereka pilih untuk dirinya sendiri; kadang-kadang mereka berkumpul untuk bermain kemudian berkatalah yang mempunyai cita-cita tinggi diantara mereka: "Ayo siapa yang ikut aku?, akan tetapi anak yang lalai akan berkata: "Aku sama siapa?". Dan kapan cita-cita mereka tinggi, maka dia akan selalu memuliyakan Ilmu, sehingga senantiasa mencarinya.
Ketika seorang anak telah dewasa, maka hendaklah bagi orang tua untuk menikahkan mereka. Dalam Hadist disebutkan:
(من بلغ له ولد أمكنه أن يزوجه فلم يفعل، وأحدث الولد إثماً كان الإثم بينهما).
"Barang siapa Mempunyai anak yang telah baligh, dan mampu baginya untuk menikahkannya, akan tetapi dia menolak, kemudian si anak tersebut berbuat dosa karena itu, maka dosa itu menjadi milik berdua"
Yang mengherankan bagi orang tua, bagaimana mereka tidak ingat keadaan mereka di masa remaja, apa yang dia hadapi dan dia alami ketika dia memasuki masa baligh. Ataukah dia dulu pernah terjerumus, sehingga dia akan tahu bahwa anaknya akan serupa dengan dia.
Jarang sekali seseorang mengutamakan mencari ilmu dari pada menikah, dan tahu bahwa dirinya akan sabar seperti halnya Imam Ahmad bin Hanbal yang tidak menikah kecuali setelah umur empat puluhan.
Musim kedua: Masa baligh hingga akhir masa remaja.
Inilah musim yang paling penting, musim jihad melawan hawa nafsu dan syetan. Dengan menjaga musim ini, maka seseorang akan mendapatkan kedekatan diri dengan Allah SWT, dan dengan kelalaian serta berhura-hura di musim ini, maka seseorang akan mengalami kerugian yang besar. Akan tetapi dengan kesabaran, Allah akan memuji orang-orang yang sabar, sebagaimana telah memuji Nabi Yusuf AS atas kesabarannya ketika dia tak goyah oleh hawa nafsu. Allah SWT berfirman dalam hadis Qudsi:
(أيها الشاب التارك شهوته من أجلي، أنت عندي كبعض ملائكتي). جامع الأحاديث - (ج 8 / ص 217)
"Wahai anak muda yang telah meninggalkan syahwatnya demi Aku, engkau disisi-Ku bagaikan sebagian dari malaikat-Ku".Jamiul Ahadist juz 8 hal 217
Ketahuilah ...! Seseorang setelah baligh wajib baginya untuk mengetahui Allah SWT dengan melihat sendiri tanda-tanda keberada'an Allah SWT, tidak hanya dengan ikut orang tua saja (taqlid). Cukuplah sebuah dalil baginya untuk mengetahui keberada'an Allah SWT dengan melihat dirinya sendiri, serta tatanan organ tubuhnya. Maka hendaklah dia tahu bahwa tatanan serapi itu pastilah ada yang menyusunnya, sebagaimana dalam sebuah bangunan pasti ada yang membangun. Hendaklah dia tahu juga, bahwa setiap sa'at dia akan didatangi oleh dua malaikat serta menulis amal perbuatannya, kemudian menunjukkan amal perbuatan tersebut kepada Allah SWT selama hidupnya. Allah SWT berfirman:
(وَإِن عَلَيكُم لَحافِظين كِراماً كاتِبين يَعلَمونَ ما تَفعَلون).[الإنفطار:10-13]
"Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerja'anmu) yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (perbuatanmu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan". Qs Al-Infithar:10-13
Muhammad bin Al-fadhl mengatakan: "Sejak empat puluh tahun aku tidak pernah mendektekan kepada penulis amalku (malaikat Raqib dan Atid) suatu kejelekan. Seandainya saja aku melakukan, niscaya aku akan sangat malu sekali kepada mereka berdua". Maka hendaklah seorang hamba Allah SWT melihat amalan apa yang akan ditunjukkan kepada Allah SWT oleh kedua malaikat tersebut, jika saja dia berbuat kesalahan maka hendaklah menghapus kesalahan tersebut dengan bertaubat dan menggantinya dengan amal baik lainnya.
Alangkah baiknya juga jika anak-anak remaja selalu menjaga pandangannya, Allah SWT telah berfirman:
(قُل لِلمُؤمِنينَ يَغضوا مِن أَبصارهم).[النور:30]
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya". Qs An-Nur :30
Dalam sebuah Hadist qudsi juga disebutkan:
إن النظر سهم من سهام إبليس مسموم ، من تركها مخافتي أبدلته إيمانا يجد حلاوته في قبله.
كنز العمال - (ج 5 / ص 328)
"Sesungguhnya melihat -perempuan bukan muhrim- adalah bagaikan panah iblis yang beracun, barang siapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku, maka Aku (Allah) akan menggantinya dengan Iman, ia akan menemukan manisnya (iman itu) di hatinya". Kanzul Umal Juz: 5 Hal:328.
Sudah banyak orang-orang tua yang menyesal dengan apa yang telah dia habiskan di masa remaja mereka serta menangisi kelalaiannya di masa muda mereka. Maka hendaklah memperbanyak Qiyamullail (bangun malam) orang yang akan tidur selamanya, dan hendaklah memperbanyak puasa orang yang tidak mampu melakukannya. Orang di dunia ini ada tiga macam: pertama: orang yang selalu menciptakan kebaikan serta tetap dalam kebaikan tersebut, maka orang itu adalah tergolong orang-orang yang menang, kedua: orang yang selalu lalai di dunianya maka orang itu adalah tergolong orang-orang yang rugi, ketiga: orang yang berlebih-lebihan di dunianya, maka orang itu tergolong orang-orang yang celaka. Maka marilah kita lihat, dalam golongan manakah kita diwaktu muda kita...!
Hendaklah juga seorang anak muda takut kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya masa muda adalah bagaikan cacat yang sangat jelek dalam sebuah barang dagangan, sedangkan orang-orang menganggapnya bagus. Barang siapa yang tergelincir di masa mudanya maka hendaklah dia melihat, dimanakah kesenangan itu? Apakah masih tersisa selain penyesalannya yang abadi, yang ketika dia mengingatnya dia akan merasa pedih, kemudian memori-memori itu menjadi siksaan baginya...?
Sebagian Ulama' salaf mengatakan: "Aku mengharap agar kedua tanganku dua-duanya dipotong, kemudian aku diampuni oleh Allah semua dosa-dosa di masa mudaku". Wahai anak muda...! sesungguhnya engkau bagaikan di pedesa'an, dan engkau memiliki perhiasan yang berharga. Kemudian engkau ingin membawanya ke kota. Maka berhati-hatilah dari tipuan yang berupa hawa nafsu, yang mungkin akan membeli apa yang kamu miliki dengan tanpa harga, kemudian engkaupun menuju ke kota dengan melihat orang lain mendapatkan untung yang sangat besar, sedangkan engkau dalam keada'an miskin dan penuh penyesalan, engkaupun menangis tersedu-sedu, kemudian engkau mengatakan: Betapa malangnya nasibku atas apa yang telah aku lalaikan disisi Allah SWT. Tidaklah mungkin sebuah penyesalan akan mengembalikan suatu yang telah sirna.
Musim ketiga: Antara umur tiga puluh lima sampai lima puluh tahun.
Dalam musim ini, masih terdapat sisa-sisa masa muda, nafsu masih condong kepada syahwat, di dalamnya terdapat jihad menuju kebaikan meskipun kekuatan uban membuatnya menjauh dari tempat permainan. Cukuplah Uban di musim ini sebagai cahaya baginya, yang menerangi jalannya menuju kepulangan dia nanti. Maka sudahlah wajib baginya untuk menghabiskan sisa-sisa hidupnya dengan suatu yang menguntungkan.
Imam Syafi'i mengatakan: Bahwa seseorang yang menjima' istrinya dalam keada'an haid, jika dihari-hari pertama haid maka harus membayar satu dinar, dan jika di akhir-akhir haid maka separoh dinar". Ini karena dihari-hari pertama haid masih mendekati waktu jima' sebelumnya, maka tidak diampuni. Sedangkan diakhir haid telah jauh dari waktu jima' sebelumnya maka diampuni. Begitu pula seseorang di musim ini, jika kesalahannya di masa mudanya dima'afkan, maka melakukan dosa di masa tua ini dia tidak dimaafkan lagi.
Musim keempat: Antara umur lima puluh sampai tujuh puluh tahun.
Kadang-kadang pada awal masa tuanya, masih terdapat sedikit hawa nafsu pada diri seseorang, maka seseorang akan mendapatkan pahala sesuai kadar kesabarannya di masa itu. dengan bertambahnya umur seseorang, dia akan lebih lemah syahwatnya, maka diapun tidak menginginkan untuk berbuat dosa, sebagaimana dikatakan dalam sebuah sya'ir:
Dosa-dosa telah meninggalkanmu,
kemudian engkaupun meninggalkan perbuatan (dosa) itu.
Meskipun syahwat berada dalam hati.
Alhamdulillah, atas perginya dosa,
bukan karena engkau meninggalkan dosa
Jika saja ada orang tua sengaja berbuat dosa, maka dia telah memaksakan dirinya, karena syahwat yang memintanya untuk berbuat maksiat telah pergi jauh; maka dari itu Rasulullah SAW mengatakan: "Makhluk Allah SWT yang paling dibenci oleh-Nya adalah orang tua yang berzina". Ada juga orang tua yang menyengaja berbuat hina, contohnya laki-laki tua yang memakai cincin emas. Maka celakalah bagi orang yang tidak sadar akan uban yang ada di kepalanya, sehingga tetap melakukan dosa. Mungkin ini disebabkan karena adanya kekurangan dalam Imannya.
Sebagian orang Alim bermimpi, dikatakan dalam mimpi tersebut: "Apa yang telah Allah SWT lakukan padamu?" kemudian dia menjawab: "Allah Telah mengampuni dosaku sedangkan Allah berpaling padaku". Kemudian dikatakan: "Bagai mana bisa?" dia menjawab: "Benar, Dia juga berpaling kepada sekumpulan para ulama' yang tidak mengamalkan Ilmunya."
Al-Fudhail mengatakan: "Allah mengampuni orang bodoh tujuh puluh dosa sebelum mengampuni satu dosa orang yang alim". Allah SWT berfirman:
(قُل هَل يَستوي الَّذينَ يَعلَمونَ وَالَّذينَ لا يَعلَمونَ).[الزمر:9]
"Katakanlah: Apakah sama orang yang tahu dengan orang yang tidak tahu?"
Musim ke lima: Dari Tujuh puluh hingga delapan puluh tahun.
Dalam Hadist disebutkan:
(ابن ثمانين أسير الله في الأرض) رواه أحمد
"Orang yang berumur delapan puluh tahun adalah tawanan Allah Yang ada di bumi".HR Ahmad
Tidak tersisa dalam usia ini kecuali mengganti apa yang telah terlewatkan, beristighfar, berdo'a, serta mengamalkan kebaikan yang mungkin untuk diamalkan untuk memanfa'atkan sa'at-sa'at yang tersisa, serta persiapan untuk pulang kembali.
Seseorang ketika berkunjung ke rumah Al-Junaed -sedangkan dia dalam keada'an sakaratul maut- dia melihatnya selalu ruku' dan sujud, ketika ingin duduk dalam shalatnya dia tak mampu melakukan hal tersebut karena arwahnya sedang dicabut, kemudian orang itu berkata: "Mengapa dia begitu? Orang yang ada di samping Junaed mengatakan: "Itu adalah nikmat Allah SWT yang paling besar".
Orang yang tahu betapa mulia serta berharganya sebuah umur, niscaya dia tidak akan melalaikan umurnya. Maka jika anda merupakan seorang anak muda, lihatlah barang dagangan anda, apakah telah anda gunakan untuk berdagang dengan baik serta untuk mencari untung yang banyak? Jagalah barang dagangan tersebut, jangan sampai anda tertipu kemudian anda akan rugi. Jika anda adalah seorang yang berada di musim yang ke-tiga maka hendaklah anda menjaga barang dagangan tersebut dengan kemampuan yang anda miliki, jika anda berada dalam musim yang ke-empat hendaklah anda memperbanyak kebaikan, sebagai bekal nanti sa'at anda menyusul teman-teman anda. Jika anda berada dalam musim yang ke-lima maka hendaklah anda memanfa'atkan waktu anda yang begitu pendek yang anda miliki ini. Semoga diberi taufik oleh Allah SWT...!!!