Perhelatan
akbar Piala Dunia Qatar 2022 sukses menarik perhatian banyak orang,
seusai memberi banyak kejutan tak terduga, mulai dari kekalahan
Argentina oleh Arab Saudi hingga Maroko yang berhasil menumbangkan dua
raksasa Eropa, Spanyol dan Portugal. Sampai pada akhirnya, Argentina lah
yang berhasil menjadi kampiun setelah mengalami drama menghadapi
Prancis pada final ajang paling prestisius sejagat itu.
Selama
terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia, Qatar berhasil memberi kesan
positif bagi para pengunjung dan para suporter. Qatar menyambut mereka
dengan penuh suka cita. Mereka dijamu dengan berbagai sambutan yang
seolah belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
Sadar akan
pengaruhnya, Qatar pun tak ingin menyia-nyiakan momentum langka ini.
Mereka berupaya untuk mendakwahkan Islam secara global, sekaligus
menghapus citra buruk Islam yang selama ini digembar-gemborkan oleh
dunia barat. Qatar benar-benar berusaha memperkenalkan substansi Islam
yang sebenarnya, pada jutaan pasang mata di penjuru dunia.
Mereka seolah berikhtiar untuk mengimplementasikan firman Allah Swt. dalam surah An-Nahl ayat 125 :
ٱدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وجٰدِلْهُمْ بِالّتِي هِيَ أَحْسَنُ
"
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik"
Al-Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya menjelaskan mengenai ayat ini :
هذه
الآية نزلت بمكة في وقت الأمر بمهادنة قريش، وأمره أن يدعو إلى دين الله
وشرعه بتلطف ولين دون مخاشنة وتعنيف، وهكذا ينبغي أن يوعظ المسلمون إلى يوم
القيامة. فهي محكمة في جهة العصاة من الموحدين، ومنسوخة بالقتال
في حق الكافرين. وقد قيل: إنّ من أمكنت معه هذه الأحوال من الكفار ورجي
إيمانه بها دون قتال فهي فيه محكمة. والله أعلم.
"Ayat ini
berstatus muhkamat (tidak mengandung naskh) dari segi orang yang
bermaksiat dari golongan Ahli Tauhid, dan berstatus mansukh bagi
orang-orang kafir. Meskipun demikian, terdapat sebuah pendapat yang
mengatakan, "jika seorang kafir memungkinkan untuk didakwahi dengan cara
semacam ini, dan terdapat harapan tumbuhnya iman mereka sebab cara
tersebut (tanpa adanya peperangan), maka ayat ini dihukumi muhkamat"
Setidaknya
Qatar faham betul, dakwah terhadap non-muslim pada era sekarang sulit
tercapai kecuali menggunakan strategi Bil Hikmah wal Mauidhoh
Al-Hasanah, karena dakwah yang kolot dan kaku tampaknya sudah tak
relevan lagi, apalagi dengan mengangkat senjata, justru menjadikan
mereka lari dari Islam, bahkan balik membenci dan memusuhi Islam itu
sendiri. Selama ini, sejatinya para pembenci Islam itu tidak tahu-menahu
hakikat Islam yang sesungguhnya. Mayoritas mereka merupakan korban
provokasi dari gerakan "Islamophobia" yang sengaja dibuat dan
disebarluaskan oleh Amerika dan Barat. Semakin mereka tidak tahu apa itu
islam, maka semakin besar pula kebencian menyelimuti hati mereka. Hal
ini persis seperti yang disampaikam oleh Al-'Allâmah Asy-Syekh Muhammad
Said Ramadhân Al-Bûthi dalam kitabnya yang berjudul Al-Islâm wa Al-Gharb
:
إنّ الجهل بالإسلام هو الفرصة الوحيدة لانتقاصه والهجوم عليه،
وهو المناخ الوحيد تستنبت فيه الأكاذيب والتقولات الباطلة على الإسلام ..
هي التي تخلق عوامل الإشمئزاز منه والعداوة له.
"Sungguh
ketidaktahuan terhadap Islam adalah satu-satunya kesempatan untuk
meredam dan menyerangnya. Ketidaktahuan atas Islam tersebut menjadi
satu-satunya area yang tertanam kedustaan dan kebohongan batil atas
Islam. Kebohongan tersebut menjadi faktor yang menciptakan perasaan muak
dan permusuhan terhadap Islam".
Oleh sebab itu, untuk bisa
mengubah mispersepsi yang telah melekat kuat dibenak orang non-muslim,
khususnya di dunia barat, diperlukanlah sebuah dobrakan berskala
internasional yang mampu memberikan pengaruh signifikan terkait
pemahaman Islam yang sebenarnya. Dalam hal ini, Qatar mengambil langkah
tepat melalui berbagai pendekatan yang mereka lakukan, dimulai dari
pelantunan ayat suci Al-Qur'an saat open ceremony, pemberian hidangan
gratis, tingkat keamanan tinggi bagi perempuan, penegakan nahi mungkar
seperti; larangan konsumsi alkohol, larangan perzinaan dan LGBT, hingga
jalanan yang bertebaran hadis Nabi Muhammad saw. serta mengerahkan
ribuan juru dakwah untuk konsultasi terkait keislaman. Tidak hanya
Qatar, Maroko pun turut memperlihatkan citra Islam yang damai nan
harmonis. Dari mereka, non-muslim mengetahui maksud sujud syukur, arti
berbakti kepada orang tua khususnya ibu, serta hal-hal mengesankan
lainnya. Mereka seakan sadar bahwa non-muslim tidaklah mengkaji
Al-Quran, dan tidak pula menelaah hadis, akan tetapi mereka mengamati
perilaku serta sikap umat Islam. Oleh sebab itu, mereka berusaha menjadi
representasi umum terkait keindahan Islam.
Walhasil, dakwah
santun yang dijalankan oleh mereka tidaklah sia-sia. Para pengunjung dan
suporter pun satu persatu memberikan kesaksian serta kesan positifnya,
baik terkait tuan rumah Qatar sendiri maupun terkait Islam secara umum.
Kebanyakan mereka pun tertarik mempelajari dan menelusuri lebih jauh
mengenai Islam, bahkan diberitakan tidak sedikit pula yang telah mantap
melafalkan dua kalimat suci Lâ ilaha Illâ Allâh, Muhammadun Rasulullâh
saw.
Oleh: Anas Shobirin (Mahasiswa Tingkat Tiga, Fakultas Syariah, Universitas Al-Ahgaff)