Malam Lailatulqadar adalah malam yang jika beribadah di dalamnya
lebih baik dari malam 1.000 bulan, yang kalau dikonversi ke dalam
hitungan tahun itu kurang lebih bernilai 83 tahun. Jadi, jika beribadah
bertepatan pada satu malam itu maka sama seperti kita beribadah selama
83 tahun. Sangat besar pahalanya.
Dan malam itu terdapat di bulan Ramadan yang tepat keberadaannya masih menjadi misteri atau rahasia Allah Ta'ala, akan tetapi bagaimanapun juga Lailatulqadar itu harus kita yakini keberadaannya karena dalilnya jelas, bahwa Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(١)وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(٢)لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ(٣)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ(٤)سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(٥)
Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatulqadar, tahukah engkau apakah malam Lailatulqadar itu? Malam Lailatulqadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar." [Al-Qadar: 97 : 1-5]
Dan sebetulnya hanya dengan meyakini adanya malam Lailatulqadar saja itu sudah termasuk ibadah, sebab ada segelintir orang ekstrimis yang tidak meyakininya dengan alasan bahwa malam Lailatulqadar itu ketika Nuzululqur'an (turunnya Al-Qur'an), sementara sekarang Al-Qu'ran sudah (sempurna) diturunkan, maka tidak ada lagi malam Lailatulqadar.
Selain beribadah di malam itu senilai dengan beribadah selama 83 tahun, dan juga salah satu keutamaan malam tersebut adalah diampuninya dosa-dosa yang telah lalu. Sebagaimana dalam hadis dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad saw. bersabda:
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Artinya: "Barang siapa melaksanakan salat pada malam Lailatulqadar karena iman dan keikhlasan (mengharap pahala dari Allah Ta'ala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (Hadis riwayat Al-Bukhari).
Kemudian timbul pertanyaan mengenai kapan malam Lailatulqadar? Dan bagaimana cara mendapatkan Lailatulqadar? Dan amalan apa yang harus dilakukan pada malam itu?
Akan tetapi, untuk pertanyaan pertama saya tidak membahas di sini karena terlalu panjang uraiannya, kita berfokus pada cara mendapatkan dan amalan apa yang harus kita lakukan pada malam itu.
Pada dasarnya, malam Lailatulqadar tidak diketahui kapan tepat terjadinya, maka untuk mendapatkannya bisa dilakukan dengan melakukan salat Isya dan Subuh berjamaah selama bulan Ramadan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Al-Imam Al-Baihaqi,
من صلى المغرب والعشاء في جماعة حتى ينقضي شهر رمضان فقد أخذ من ليلة القدر بحظ وافر.
وروى أيضا: من شهد العشاء الاخيرة في جماعة من رمضان فقد أدرك ليلة القدر.
[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٢٩١/٢&٢٩٢]
Artinya: "Barang siapa salat Magrib dan Isya' berjamaah sampai habisnya bulan Ramadan maka ia telah mengambil Lailatulqadar dengan bagian yang berlimpah banyak."
Dan beliau juga meriwayatkan, "Barang siapa melaksanakan salat Isya' dengan berjamaah pada bulan Ramadan maka sungguh benar-benar dia telah mendapatkan Lailatulqadar."
(Syekh Al-Bakri Ad-Dimyati, I'anatut Thalibin, Juz 2, Halaman 291 & 292)
Dan kemudian terdapat hadis yang lebih khusus tentang malam tepat terjadinya, yaitu terdapat di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, sebagaimana hadis dari Sayyidah Aisyah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
«تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ»
Artinya: "Carilah malam Lailatulqadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (Hadis riwayat Muslim).
Yang mana pada malam sepuluh akhir tersebut Rasulullah saw. bersungguh-sungguh di dalamnya, sebagaimana disebutkan di dalam hadis, dari Sayyidah Aisyah ra. beliau berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ»
Artinya: "Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadan, Nabi mengencangkan ikatan sarungnya (fokus beribadah), mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya (untuk ikut ibadah)." (Hadis riwayat Al-Bukhari).
Malam Lailatulqadar adalah malam yang jika beribadah di dalamnya lebih baik dari malam 1.000 bulan, yang kalau dikonversi ke dalam hitungan tahun itu kurang lebih bernilai 83 tahun. Jadi, jika beribadah bertepatan pada satu malam itu maka sama seperti kita beribadah selama 83 tahun. Sangat besar pahalanya.
Dan malam itu terdapat di bulan Ramadan yang tepat keberadaannya masih menjadi misteri atau rahasia Allah Ta'ala, akan tetapi bagaimanapun juga Lailatulqadar itu harus kita yakini keberadaannya karena dalilnya jelas, bahwa Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(١)وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(٢)لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ(٣)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ(٤)سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(٥)
Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatulqadar, tahukah engkau apakah malam Lailatulqadar itu? Malam Lailatulqadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar." [Al-Qadar: 97 : 1-5]
Dan sebetulnya hanya dengan meyakini adanya malam Lailatulqadar saja itu sudah termasuk ibadah, sebab ada segelintir orang ekstrimis yang tidak meyakininya dengan alasan bahwa malam Lailatulqadar itu ketika Nuzululqur'an (turunnya Al-Qur'an), sementara sekarang Al-Qu'ran sudah (sempurna) diturunkan, maka tidak ada lagi malam Lailatulqadar.
Selain beribadah di malam itu senilai dengan beribadah selama 83 tahun, dan juga salah satu keutamaan malam tersebut adalah diampuninya dosa-dosa yang telah lalu. Sebagaimana dalam hadis dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad saw. bersabda:
«مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Artinya: "Barang siapa melaksanakan salat pada malam Lailatulqadar karena iman dan keikhlasan (mengharap pahala dari Allah Ta'ala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (Hadis riwayat Al-Bukhari).
Kemudian timbul pertanyaan mengenai kapan malam Lailatulqadar? Dan bagaimana cara mendapatkan Lailatulqadar? Dan amalan apa yang harus dilakukan pada malam itu?
Akan tetapi, untuk pertanyaan pertama saya tidak membahas di sini karena terlalu panjang uraiannya, kita berfokus pada cara mendapatkan dan amalan apa yang harus kita lakukan pada malam itu.
Pada dasarnya, malam Lailatulqadar tidak diketahui kapan tepat terjadinya, maka untuk mendapatkannya bisa dilakukan dengan melakukan salat Isya dan Subuh berjamaah selama bulan Ramadan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Al-Imam Al-Baihaqi,
من صلى المغرب والعشاء في جماعة حتى ينقضي شهر رمضان فقد أخذ من ليلة القدر بحظ وافر.
وروى أيضا: من شهد العشاء الاخيرة في جماعة من رمضان فقد أدرك ليلة القدر.
[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٢٩١/٢&٢٩٢]
Artinya: "Barang siapa salat Magrib dan Isya' berjamaah sampai habisnya bulan Ramadan maka ia telah mengambil Lailatulqadar dengan bagian yang berlimpah banyak."
Dan beliau juga meriwayatkan, "Barang siapa melaksanakan salat Isya' dengan berjamaah pada bulan Ramadan maka sungguh benar-benar dia telah mendapatkan Lailatulqadar."
(Syekh Al-Bakri Ad-Dimyati, I'anatut Thalibin, Juz 2, Halaman 291 & 292)
Dan kemudian terdapat hadis yang lebih khusus tentang malam tepat terjadinya, yaitu terdapat di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, sebagaimana hadis dari Sayyidah Aisyah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
«تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ»
Artinya: "Carilah malam Lailatulqadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (Hadis riwayat Muslim).
Yang mana pada malam sepuluh akhir tersebut Rasulullah saw. bersungguh-sungguh di dalamnya, sebagaimana disebutkan di dalam hadis, dari Sayyidah Aisyah ra. beliau berkata:
Maka kemudian Syekh Nawawi Al-Jawi Al-Bantani menjelaskan akan macam atau tingkatan cara menghidupkan malam Lailatulqadar:
فِي الْعشْر الْأَخير من رَمَضَان أفضل مِنْهُ فِي غَيره لطلب لَيْلَة الْقدر فيحييها
ومراتب إحيائها ثَلَاثَة عليا وَهِي إحْيَاء لَيْلَتهَا بِالصَّلَاةِ
ووسطى وَهِي إحْيَاء معظمها بِالذكر
وَدُنْيا وَهِي أَن يُصَلِّي الْعشَاء فِي جمَاعَة وَالصُّبْح فِي جمَاعَة
[نووي الجاوي ,نهاية الزين , 198]
Tingkatan cara menghidupkan Lailatulqadar ada tiga.
[1]. Tingkatan yang tertinggi adalah menghidupkan Lailatulqadar dengan salat.
[2]. Tingkatan yang sedang adalah menghidupkan Lailatulqadar dengan zikir.
[3]. Tingkatan terendah (paling minimal) adalah menjalankan salat Isya dan Subuh berjamaah,”
(Syekh Nawawi Al-Jawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain, halaman 198).
Jadi, untuk tingkatan yang pertama itu biasa dilakukan oleh penduduk Tarim yang mana salat Tarawih di sana tiap-tiap masjid berbeda-beda waktu pelaksanaannya dimulai dari pukul 20.00 hingga 02.00 dini hari, sebagaimana yang biasa dilakukan Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri, beliau biasa Tarawih seratus rakaat, artinya beliau salat Tarawih di lima masjid dalam satu malam.
Untuk tingkatan kedua (sedang) biasanya itu dilakukan bagi perempuan yang sedang haid. Maka dari itu perempuan tidak usah cemas untuk tidak bisa mendapatkan Lailatulqadar, sebab mereka bisa mendapatkannya juga dengan memperbanyak zikir pada malam itu.
Untuk tingkatan terakhir itu sangat cocok bagi para pekerja yang tidak sempat atau terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak dapat memperbanyak salat, maka Lailatulqadar bisa didapat cukup dengan menjalankan salat Isya' dan Subuh berjamaah. Itulah tingkatan minimal.
Dan tambahan yang terakhir untuk di bulan yang mulia seperti Ramadan ini sebisa mungkin tidak melakukan maksiat, karena melakukan dosa di bulan Ramadan itu dilipatgandakan dosanya sebagaimana ketika kita melakukan perbuatan yang baik. Dan terlebih lagi melakukan maksiatnya bertepatan pada malam Lailatulqadar, bayangkan berapa kali lipat dosanya.
Dengan dalil:
... فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ، فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ مَا لَا تُضَاعَفُ فِيمَا سِوَاهُ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ
[الطبراني، المعجم الأوسط، ١١٢/٥]
"... Bertakwalah kalian pada bulan Ramadan karena sesungguhnya kebaikan dilipatkan pada bulan ini sebagaimana dosa juga dilipatgandakan." (Ath-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Awsath, Juz 5, Halaman 112).
... وقد صرحت الأدلة أن المعاصي في الأيام المعظمة والأمكنة المعظمة تغلظ معصيتها وعقابها بقدر فضيلة الزمان والمكان،...
[محمد بن إبراهيم آل الشيخ، فتاوى ورسائل سماحة الشيخ محمد بن إبراهيم بن عبد اللطيف آل الشيخ، ٤٠/٣]
Dan sungguh telah jelas dalil-dalil bahwa perbuatan maksiat yang dilakukan di hari-hari istimewa atau tempat istimewa, nilai kemaksiatannya dan hukumannya semakin parah setingkat dengan nilai keistimewaan waktu dan tempat tersebut. (Muhammad bin Ibrahim Ali Asy-Syekh, Fatawa wa Rasail Samahah Asy-Syekh Muhammad bin Ibrahim Ali Ays-Syaikh, Juz 3, Halaman 40).
Pada bulan Ramadan dan khususnya malam Lailatulqadar dianjurkan untuk memperbanyak doa:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Dalilnya:
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي. هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
[الترمذي، محمد بن عيسى، سنن الترمذي، ٤١٦/٥]
"Diriwayatkan dari Aisyah ra. ia berkata, "Aku bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimanakah jika aku mengetahui Lailatulqadar, apa yang sebaiknya aku ucapkan (berdoa) pada malam itu? Rasulullah berkata, "Ucapkanlah (berdoalah) Allahumma innaka afuwwun tuhibbu al-afwa fa'fu anni." (Hadis riwayat At-Tirmidzi).
wallahu a'lam...
Penulis: Ahmad Riski ( Mahasiswa tingkat 3 Univ.Al Ahgaff )