Valentine Day (hari kasih sayang) lumrahnya disandarkan kepada bulan
Februari. Sejauh yang saya ketahui, hari tersebut akan digunakan oleh
sebagian besar sepasang kekasih tidak halal untuk saling bertukar
coklat, memberi bunga, dan hal-hal yang menurut mereka 'romantis.'
Bahkan sepotong coklat yang ditambah dalih hari kasih sayang itu bisa
melenyapkan keperawanan seorang gadis.
Mau bagaimana lagi, karena bagi mereka cinta hanya sebatas hubungan antara lawan jenis atas dasar suka sama suka. Lalu bisa melakukan apa saja tanpa harus ada ikatan pernikahan yang dilegalisasi oleh syariat. Nauzubillah min dzalik.
Setelah itu, apa lagi selain penyesalan yang akan mereka dapatkan? Malu, aborsi, bunuh diri, pembunuhan, broken home, dsb. Hal itu tentunya tidak jauh dari nasib yang akan menimpanya. Wah, ternyata terminologi sempit tentang cinta yang mereka tawarkan berakhir sadis dan kejam.
Jika demikian, bagaimana kalau kita rubah pola pikir tentang cinta itu sendiri. Apakah cinta hanya sebatas hubungan antar lawan jenis yang dilandasi oleh nafsu belaka? Bagaimana perspektif Islam tentang cinta dan kasih sayang?
Berbicara tentang cinta, setiap orang mempunyai hak untuk menafsirkannya. Karena, sejatinya cinta tidak butuh penafsiran, dan penafisran yang paling tepat untuknya merupakan sesuatu yang tidak bisa ditafsirkan dengan kata-kata.
Meskipun demikian, beberapa kalangan mencoba menafsirkan cinta menurut prespektif mereka masing-masing. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa cinta itu ketika kamu menganggap sesuatu yang kamu berikan untuk kekasihmu adalah hal yang sedikit dan menganggap sesuatu yang ia berikan untukmu adalah hal yang banyak.
Ada pula yang mengatakan bahwa cinta itu ketika hatimu selalu dihantui oleh orang yang engkau cintai. Sebagian yang lain menganggap bahwa cinta adalah ketika kamu bisa merasakan kehadiran sang kekasih setiap saat.
Namun, semua definisi di atas adalah tentang dampak dari cinta itu sendiri, bukan definisi tentang cinta. Sedangkan cinta sendiri adalah naluri yang dimiliki oleh setiap orang semenjak kelahirannya di muka bumi ini. Untuk itu, definisi tentang cinta sangat luas dalam kehidupan ini dan akan terus ia rasakan selama nyawa masih bersemayam ditubuhnya. Akan tetapi, kita harus bijak dalam mengungkapkan cinta kita dalam bentuk ucapan maupun tindakan, agar kita tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Kita tidak bisa mengendalikan hati untuk mencintai siapa atau mencintai apa. Namun kita bisa mengendalikan ucapan dan perbuatan kita agar tidak terjerumus kepada implementasi cinta yang salah. Semua itu telah diatur sedemikian rupa oleh Islam demi kemaslahatan umat manusia.
Misalnya, kita pastinya mencintai kedua orang tua kita dan Islam mengajarkan kepada kita untuk berbakti kepada keduanya sebagai bukti nyata kecintaan kita kepada mereka. Contoh lain, ketika kita mencintai anak-anak kita, Islam memerintahkan kita sebagai orang tua untuk mendidik mereka agar menjadi pribadi yang saleh dan salehah. Karena, itulah bentuk implementasi cinta kita terhadap anak-anak kita. Begitu pula, ketika kita mencintai sahabat kita, Islam mengajarkan kepada kita tentang etika pertemanan yang benar, seperti saling membantu dalam kebaikan, saling menasehati, dsb.
Hal serupa juga terjadi terhadap para jomblo syar’i, ketika suatu saat ia sudah mantap dalam melabuhkan cintanya di dermaga hati seorang wanita, Islam mensyariatkan pernikahan sebagai pengaplikasian cintanya terhadap wanita yang ia cintai. Dengan pernikahan, ia dapat membangun sebuah rumah tangga dengan silsilah yang jelas, dan tentunya semua keromantisan yang mereka lakukan akan bernilai pahala di sisi Allah Swt. Tentunya, itu semua jika ia sudah siap dan mampu untuk melaksanakannya. Jika tidak, solusi lain untuk dirinya adalah dengan berpuasa atau menyibukkan diri terhadap hal-hal yang positif.
Pada akhirnya kita bisa menyimpulkan bahwa cinta dan tentang bagaimana kita mencintai semua sudah dibahas secara detail dalam Islam. Sehingga kita bisa sadar, bahwa orang yang paling berjasa dalam mengarahkan hidup kita adalah seorang panutan yang diutus oleh Allah Swt. untuk mengajarkan semua itu kepada kita. Beliau adalah Nabi Muhammad saw., seorang panutan mulia dengan misi membawa, mengaplikasikan dan menyampaikan akhlak mulia kepada seluruh makhluk.
Dari beliau, kita mengetahui agama Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Tanpa beliau, mungkin kita dan binatang tidak jauh berbeda, bahkan bisa jadi lebih parah. Karena beliau, kita bisa merasakan esensi cinta yang sebenarnya.
Karena itulah, tidak salah jika beliau berkata, “Tidak sempurna iman seseorang kecuali jika ia mencintaiku lebih dari cintanya kepada orang tuanya, anaknya dan semua orang.” Dan hal itu hanya bisa kita dapatkan ketika kita mengetahui kerja keras dan jasa beliau kepada kita dalam menyebarkan Islam. Untuk mengetahui hal tersebut, kita perlu menggali ulang biografi kehidupan beliau dan mengaplikasikan seluruh ajaran-ajaran beliau dalam kehidupan nyata.
Jika cinta yang hakiki sudah kita dapatkan, mungkin hanya dengan mendengar nama beliau saja, hati akan bergetar, mata akan meneteskan air mata, ribuan bahkan jutaan selawat secara spontan akan terus kita lantunkan.
Terlebih pada bulan Rabiul Awal atau lebih indah jika kita sebut dengan Rabiul Anwar (musim semi dengan ribuan cahaya). Cinta dan rindu kita kepada Nabi Muhammad saw seharusnya lebih meluap-luap. Kita bisa merasakan bahwa pada bulan inilah semua keindahan berawal. Ya, dari bulan inilah pertanyaan, “Bagaimana saya mencintai?” akan terjawab. Aku ingin menjadikan bulan ini adalah bulan kasih sayang untuk seluruh alam sebagaimana pada bulan ini seorang dengan kepribadian rahmatan lil ‘alamin dilahirkan. Tidak ada perpecahan, peperangan, perampasan hak secara zalim dan kemungkaran lainnya merupakan salah satu cara kita memperingati bulan kasih sayang ini.
Wallahu A'lam.
Çááåã Õá æÓáã æÈÇÑß Úáì ÓíÏäÇ ãÍãÏ æÚáì Âáå æÕÍÈå ÃÌãÚíä.
Oleh: Muhyiddin Abror (Alumni Universitas Al-Ahgaff)