Menyambut bulan Rabiul Awal masjid-masjid nampak berbeda dengan bulan-bulan yang lain, kelihatanya pada bulan ini semuanya lebih bersih dan rapi dibandingkan dengan bulan yang lain. Tradisi masyarakat bangsa kita menyambut kehadiran bulan ini tampak antusias dari setiap lapisan masyarakat baik di pedesan, perkotaan, pemerintahan dan perkantoran semuanya sudah siap menyambut dan merayakan milad Rasulullah Saw, lantunan ayat-ayat Al Qur'an, salawat dan qosidah saling sahut menyahut antara satu masjid dengan masjid yang lain di tambah lagi dengan tabuhan dufuf yang semakin memeriahkan bulan ini.
Perayaan yang lebih kita kenal dengan maulid nabi adalah salah satu acara yang terlaksana atas dasar kecintaan untuk mengenang kelahiran beliau di muka bumi ini, yang telah membawakan cahaya islam bagi anak manusia setelah lama tenggelam dalam kejahilian dan kesesatan. Perayaan ini merupakan suatu ungkapan kecintaan kita yang hidup pada akhir zaman yang insya allah perayaan ini sebagai wasilah untuk kembali meniti dan menapak tulasi sirah beliau dalam menjalani kehidupan, yang pada saat ini umat membutuhkan kembali bimbingan suri tauladan menjalani kehidupan. Dan Alhamdulillah kita semua masih dipertemukan kembali dengan bulan ini, bulan dimana umat islam menyambut nya dengan penuh kegimbiraan hari lahir nya saidul basyar al munqidzul minad dolal nabi Muhammad S.A.W.setelah setahun lalu kita melewatinya.
Seperti di katakan diatas bulan Rabiul Awal yang bisa dikatakan titik awal perubahan bagi anak manusia di muka bumi setelah lama tenggelam dengan kubangan lumpur kejahilian, manusia yang pada saat itu berada pada puncak kehancuran, hukum yang berlaku adalah hukum rimba dimana yang kuat dan terhormat dialah yang berkuasa adapun yang lemah tertindas. Martabat kaum hawa tak ubahnya seperti barang yang biasa di jual belikan di pasar. Keadaan kaum jahiliyah sebagaimana terungkap dalam perkataan Ja'far bin Abi Talib ketika diminta keterangan mengenai agama yang dianut kaum muslimin disaat mereka hijrah kenegrinya: ''kami dahulu adalah orang yang bodoh dan jahil, kami menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan perbuatan keji, memutuskan silaturahmi, menyakiti tetangga, yang kuat menguasai yang lemah, hingga Allah Swt. mengutus kepada kami seorang rasul yang kami kenal asal usulnya, kejujuran dan ketulusan jiwanya, beliau menyurukh kami meng Esakan Nya ...menyuruh kami berkata benar, menunaikan amanah, berbuat baik kepada sesama dan ia melarang kami melakukan apa yang Allah haramkan memakan harta anak yatim mengubur anak hidup.hidup....''.
Kedatangan rasululah tepat pada saatnya, nabi Muhammad sudah lama di tunggu dan di nantikan keberadaanya di muka bumi, beliau bagai cahaya di gelap gulitanya peradaban manusia. Peradaban jahiliah pun dikikikis habis dan dikubur dalam - dalam lalu di ganti dengan peradaban Islam yang berlandasaan ke imanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt ia berikan suri tauladan kepada umatnya, ia ajarkan norma-norma kehidupan penuh kebijaksanaan. Ia sebagai pelita yang di pedomani segala tingkah lakunya dan kebesaran aklaqnya telah memikat hati manusia dan merebut kasih sayang kaum muhajirin dan anshar, namanya harum, kehidupannya tidak sedikit pun ternodai dari ayunan sampai ia menemui sang kahaliq, kehidupanya penuh kesucian dan kebersihan, ia bagaikan matahari yang bersinar di tengah hari, dalam hidupnya tidak sedikit pun berubah dari tujuan nya yang mulia yaitu menunaikan tugas sebagia pemberi peringatan dan kabar gembira kepada anak manusia di muka bumi, ia tidak melakukan da'wah untuk mencari nama, pangkat, harta dan kedudukan. Keindahan akhlaq dan sifatnya tak cukup untuk di tuliskan, pokoknya ia adalah makhluq yabng paling sempurna.
Kehidupan Rasululah sudah berhasil membangun peradaban, yang tak hilang dengan pergantian zaman, tak luntur di terpa hujan dan tak lekang di terpa panas (walaupun panasnya sepanas hadramaut ) ajarannya telah terpatri di lubuk hati yang mendalam di dada umatnya. Peradaban yang ia bangun dalam rentang waktu yang singkat tidak pernah berhasil diwujudkan oleh umat manapun di bumi ini, sebuah peradaban yang memancarkan cahaya dari seorang manusia pilihan yang hidup penuh kesederhanaan di tengah gurun sahara yaitu kota Madinah. Kekuatan cahaya ini meruntuhkan kekuasaan dua imperium besar di dunia Romawi dan Persia. Cahaya ini tak henti-hentinya menyinari bumi dengan kalimat tauhid keadilan, kemuliaan,akhlaq budi pekerti yang penuh kasih sayang.
Tapi walupun betapa tinggi derajatnya, rasulullah layaknya manusia biasa ia sama seperti kita, ia tidak abadi, sunatullahpun berlaku kepadanya bahwa kematian itu akan menimpa siapa saja yang Allah kehendaki, setelah ia meraskan kewajibanya sudah terlaksanakan, semua ajaran tauhid sudah tersebar luas, kemusyrikan, kejahilian dan kesesatan sudah tergusur habis. Ia pun meninggalkan kita pergi menuju sang khaliq ke rofiqul a'ala, yang tertinggal sekarang adalah misi yang ia sampaikan dan dipikulkan kepada kita ummatnya sebagai para aktivis da'wah.
Kini, setelah empat belas abad berlalu sepeninggalan rasulullah, cahaya yang ia bawa dan ditanamkan kepada umatnya sedikit demi sedikit agak meredup, pancaran cahayanya tidak lagi menyinari dunia, agama yang dikatakan yang tinggi dan tidak ada lagi yang melampauinya "al islam ya'lu wala yu'la a'lihi" pupus dan hanya sebuah verbalisme belaka, umat islam tehina dan tersingkir dari kancah peradaban dunia, kita dijadikan bulan bulanan, tragedi penjajahan dan pemabantaian dimana-mana menimpa umat islam, dari bangsa kita sendiri yang katanya berkumunitas terbesar islamnya tidak luput dari tragedy ini. Seperti kejadian di Ambon dan Poso pada awal tahun 2000 dulu, di Afghanistan, Iraq, Palistina Libanon dan berbagai negara di Afrika, begitu juga dengan krestenisasi yang telah menggerogoti keyakinan sebagian umat Islam, aqidah dijual dengan harta dunia yang rendah dan akan ditinggalkan.
Kejadian ini tak lain karena kesalahan kita sendiri seperti kata rasulullah "kalian tidak akan sesat selama berpegang pada kitabullah dan sunahturasulallah" kalau kita lihat dan renungkan hadist diatas maka bisa kita simpulkan "ya, memang benar", kehinaan dan ketertinggalan yang dialami umat kita dari pada umat lain karena kita sudah jauh dari dua pusaka yang beliau sebutkan tadi, yaitu Al-qur’an dan As-sunah. Bayangkan, para sahabat dalam sebuah agresi membuka sebuah daerah terhambat mengapai kemenangannya hanya karena meninggal kan bersiwak, bagaimana dengan umat sekarang ini?! bukan hanya yang sunah saja yang di tinggalkan tapi hal-hal yang wajib sudah tidak dilaksanakan. Jadi benarlah kalau cahaya islam itu tertutup oleh umatnya sendiri. al islam mahjubun bil muslimin
Di bulan Rabiul Awal bulan kelahiranya rasulullah ini, hendaklah kita jadikan sebagai momen untuk menhidupkan kembali sunah beliau, karena kecintaan kita tidak cukup hanya sebatas kata-kata di mulut atau hanya dengan mengadakan acara maulid saja, akan tetapi kita diminta untuk berbuat lebih dari itu, kecintaan harus di buktikan dengan pengorbanan. Coba kita lihat sekilas mengenai kehidupan para sahabat, mereka adalah orang yang sangat mencintai beliau, betapa banyak pengorbanan yang mereka lakukan baik harta jiwa dan keluarga. Tapi kita sekarang tidak harus berkorban lebih dari kemampuan kita seperti para ashabul awalin,namun cukup dengan mengamalkan apa yang sudah ia perintahkan dan menjahui apa yang ia larang dan tidak lebih dari itu.
Di masa akhir zaman ini memang sulit untuk berpegang dengan sunah nya, pada saat ini kita yang konsisten dengan ajaran agama di ibaratkan bagai memegang bara api di tangan, digenggam terbakar dan di lepas ia akan padam, kita yang ingin beriltizam dengan islam dikatakan ekstrimis, fundamentalis, dan isis-isis lain yang peyoratif. Tapi ingatlah sabda rasululah akan orang yang berpegang teguh dengan sunahnya disaat manusia sudah rusak maka ia akan mendapatkan pahala 70 syahid, kalau sahabat dapat mencintai beliau, maka itu adalah sebuah hal yang pantas dan wajar karena mereka dapat melihat dengan kepala mata sendiri tentang beliau bagaimana dengan kehidupannya, tapi kalu kita yang sudah 14 abad tidak pernah melihat dan merasakan kehidupan bersama beliau akan tetapi kita merindukannya untuk bertemu dan senantiasai mengikuti ajaran yang ia samapaikan, maka ini baru suatu hal luar biasa, terakhir bergembiralah orang yang mencitai rasulullah karena dia akan dapat bersama beliau diakhirat kelak sebagaimana kata pepatan: al muhib ma'a man ahabb. Wallahua a’lam bishowab
Wasalam
By ;kadri