Bertempat di halaman belakang Darul Mushtofa Li Dirosat al-Islamiyyah, Habib
Ali Zainal Abidin Al-Jufri memulai pelajaran manhaj dakwah Islam yang dijadwalkan akan menjadi rutinitas 3 hari dalam seminggu (Jumat, Sabtu, dan Minggu) dalam pakat Dauroh ke: 14 ini. Berikut ini adalah abstraksi dari pertemuan perdana ini :
Ada tiga hal yang urgen untuk diemban oleh setiap individu muslim dalam hidup ini :
1. Senang akan kebaikan (mahabbat al-kheir)
2. Kasih sayang kepada semua makhluk (ar-rahmah ali al-kholq)
3. Mengajak manusia menuju kebaikan ( ad-da'wah ila al-kheir)
Dari sendi ketiga ini kewajiban dakwah islam itu terlahir, dan yang harus benar-benar direnungi, bahwa dakwah Islam adalah tugas yang mulia (syarof al-muhimmah). Sebab tugas ini telah diemban oleh paling mulianya manusia yaitu Rasulullah SAW selaku pemimpin para da'i (sayyid ad-dua't). Hal ini terpatri dalam biografi suci beliau, bagaimana upaya awal dakwah yang ia emban ketika menuju kota Thaif,dimana hanya lemparan batu yang menghujaninya, pukulan, tendangan,
dan olokan saja yang ia terima,sampai-sampai sahabat Zaid Bin Haritsah ra tersungkur dalam rangka melindungi tubuh Rasulullah SAW dari gangguan kaum Thaif saat itu sehingga akhirnya mereka berdua bernaung di bawah pohon dalam keadaan terluka. Lalu perlu diperhatikan, bentuk untaian munajatnya kepada Allah yang maknanya menyuratkan akan kelemahan dirinya sendiri dalam berdakwah : " Ya Allah aku mengadu kepadamu akan kelemahanku…". Maka harus dimengerti bahwa dakwah bukanlah sebuah profesi namun kewajiban bagi setiap individu.
Bertolak dari pemahaman kita bahwa dakwah adalah pusat pikiran (al-hammu) Nabi SAW ketika di dunia ini. Sehingga menjelang wafatnyapun masih bergulir dari lisannya yang mulia tentang kepeduliannya akan umat. " Isthtaushu binnisa'i khoiro" : "Aku berwasiat lepadamu akan kaum perempuan ", di sabda lain juga disebutkan, " Asholah assholah" : " Ingat ..Sholat , sholat" , Dan diujung hari akhirnya di dunia ini yang disebut-sebut adalah umatnya, "Ummati ummati…".
Tidak di dunia saja kepeduliannya terhenti namun sampai di barzakh dan di akhirat nanti, terbukti dengan sabdanya yang berbunyi : " Hayati khoirun lakum wa mamati khoirun lakum" : "Hidupku baik untukmu dan matiku juga baik untukmu..".Sebab amal yang kita perbuat akan dikabarkan kepadanya,bila amal umatnya baik ia akan bersyukur kepada Allah,tapi bila ternyata tidak sesuai yang diharapkan ia beristighfar untuk kita. Sayidah Aisyah pernah menangis saat sang Nabi menceritakan begaimana gentingnya hari kiamat nanti, Rasulpun bertanya : " Kenapa engkau menangis ?" ,Aisyah menjawab : " Apakah engkau nanti akan melupakan keluargamu ?" , Nabi menjawab :" Tidak di tiga tempat, ketika lembaran umat bertebaran, saat manusia melewati shirot (jembatan), dan ketika amal manusia di timbang (al-mizan), perhatikan bagaimana kepeduliannya di hari kiamat untuk umatnya.
Suatu saat saya (Habib Ali) bertanya kepada Dr.Muh Said Ramadhan al-Buthi, bagaimana hukum orang-orang kafir di zaman sekarang yang mati dalam keaadan kafir ? Dr.al-Buthi menjawab : Yang kuat,mereka itu statusnya seperti Ahl al-Fatroh sebab dakwah islam tida sampai kepada mereka, atau sampai tapi sedah tercoreng,tapi yang saya pikirkan,saya khawatir kita dituntut nanti di hari kiamat sebab kita tidak menjalankan tugas dakwah ini dengan semestinya.